TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Masyarakat perkotaan yang giat bertani kerapkali menghadapi tantangan ketika terjadi perubahan iklim. Bagaimana kiat mitigasinya agar urban farming tetap eksis?
“Kunci sukses bertanam pada kondisi apa pun adalah pemilihan benih yang tepat sesuai pada iklim makro dan mikro,” kata Ridho Bilhaq, Acting Business Development Manager PT East West Seed Indonesia saat sebagai narasumber Webinar “Urban Farming di Tengah Perubahan Iklim” Rabu (12/1).
Meski kebutuhan benih hanya sekitar 5 persen dari total biaya produksi, namun Ridho menganggap benih mempunyai peran penting untuk menghasilkan produk yang disukai pasar. Bahkan dalam perubahan iklim benih sebagai penentu keberhasilan.
Ridho memberikan solusi mitigasi dalam urban farming menghadapi perubahan iklim. Pertama, mengintegrasikan ketahanan pangan perkotaan dan pertanian perkotaan ke dalam adaptasi perubahan iklim dan strategi manajemen bencana.
Kedua, lanjutnya, memelihara dan mengelola proyek pertanian sebagai bagian dari infrastruktur hijau perkotaan dan pinggiran kota. Ketiga, mengidentifikasi ruang terbuka perkotaan yang rawan banjir dan tanah longsor, dan melindungi atau mengembangkannya sebagai kawasan pertanian yang multifungsi dan permanen.
Keempat, mengintegrasikan pertanian perkotaan dan kehutanan ke dalam rencana pengelolaan air kota yang komprehensif dan dalam program perumahan sosial dan perbaikan daerah kumuh. Kelima, mengembangkan kebijakan dan program pertanian perkotaan dan ketahanan pangan kota.
Peluang Bisnis
Urban farming menurut Ridho, juga memiliki peluang bisnis yang besar untuk multiplikasi income. Misalnya, konsumsi pribadi sehingga menghemat pengeluaran dan peningkatan nilai gizi. Bahkan penggiat urban farming bisa menjual dalam bentuk makanan kemasan paket diet sayuran, tanaman dalam pot.
“Lebih besarnya lagi adalag membuat agrowisata sayuran langsung petik, penghijauan lingkungan kerja dan paket pelatihan edukasi berbayar,” tuturnya.
Saat ini PT East West Seed Indonesia (EWSI) juga berkolaborasi dengan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta dan Baznas/Bazis DKI Jakarta untuk kegiatan Lomba Foto Rooftop Garden yang baru saja mengumumkan para pemenangnya pada 7 Januari 2022 belum lama ini. “Ini sangat membanggakan,” ujarnya.
Rooftop di Jakarta diakui, ternyata sudah banyak yang mampu untuk melakukan produksi dan terbukti bahwa iklim bukan menjadi tantangan yang utama. Meski ada beberapa tanaman seperti melon, terong dan cabai, karena faktor iklim cenderung lambat melakukan pembesaran buah karena sinar matahari kurang.
EWSI yang berkantor pusat di Purwakarta, Jawa Barat telah lebih dari 30 tahun menjadi sahabat petani dan didukung oleh 1000 karyawan. Ewindo juga memiliki teknologi mutakhir molecular marker untuk mempercepat penemuan benih unggul.
EWSI telah bermitra dengan 17000 petani produksi dan 70000 tenaga kerja pollinator di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Lampung. Setidaknya ada 150 varietas benih berkualitas tinggi yang diproduksi untuk kebutuhan dalam negeri. Benih “Ewindo telah digunakan oleh 7 juta petani sayuran Indonesia,” kata Ridho.