Selasa, 10 Desember 2024


Manfaat Konsumsi B2SA, Ini Kata Dokter Gizi

06 Des 2022, 08:43 WIBEditor : Yulianto

NFA kini mendorong kembali kampanya B2SA | Sumber Foto:dok. NFA

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Generasi zilenial merupakan masa depan bangsa Indonesia. Agar generasi masa depan tersebut sehat dan aktif, tentunya asupan gizi yang seimbang dan beragam menjadi keharusan. Untuk itu, edukasi pola makan generasi yang bisa disebut Gen Z ini menjadi sangat penting.

Saat Talk Show, Generasi Zilenial, Generasi B2SA yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani dan Badan Pangan Nasional, Dokter Spesialis Gizi Klinik dr. Karin Wiradarma menekankan paparan asupan pangan untuk Generasi Zilenial memang jauh lebih beragam. Sayangnya, mereka tak banyak mengetahui bagaimana pola pangan sehat. “Pola makan sehat merupakan makanan yang terdiri dari gizi seimbang,” ujarnya di Jakarta, Senin (5/12).

Karin menilai, hingga kini doktrin kenyang harus dengan nasi masih tertanam dibenak Gen Z. Meski nasi memang sumber karbohidrat, tapi dalam isi piring harian, nasi seharusnya hanya mencakup 1/3 porsi makanan sehari hari. “Sayuran dan buah-buahan sering terlupakan. Padahal sayur dan buah juga penting,” ujarnya.

Menurutnya, karbohidrat tidak terlepas dari kandungan indeks glikemik (IG) yang dapat meningkatkan gula darah. Semakin tinggi IG, semakin cepat diserap dan terjadi metabolisme yang tinggi, bahkan bisa lebih cepat lapar. Begitupula gula darah bisa cepat melonjak yang menjadi masalah bagi orang yang punya riwayat diabetes.

Karin mencontohkan karbohidrat yang memiliki IG tinggi adalah roti tawar putih, pasta dan mie, sereal, gula, waffel, pancake dan lainnya berbahan terigu. “Bahkan semakin pulen nasi putih, gizinya semakin habis,” katanya.

Karbohidrat dengan IG tinggi inilah yang diakui Karin harus bisa dikurangi Gen Z untuk hidup sehat dan aktif. Karena itu, ia mengajak Gen Z untuk memenuhi B2SA dengan sumber karbohidrat lain yang memiliki IG rendah yakni singkong, talas, bahkan pisang. Singkong misalnya, memiliki kandungan serat yang lebih tinggi dan berguna untuk bakteri baik di usus, sehingga mencegah penyakit pencernaan.

“Selain makan kenyang, kita juga dapat manfaat kesehatan lainnya.  Jadi kalau kita makan pangan lokal, kandungan gizinya lebih banyak, daya serapnya juga lebih baik, gula darah juga lebih terkontrol dan lebih tahan lama kenyang,” ujarnya. Namun dalam pengolahan bahan pangan lokal sumber karbohidrat ini, Karin menyarankan sebaiknya tidak digoreng dan lebih baik dikukus atau direbus.

Dimulai dari Rumah

Untuk kebutuhan karbohidrat, Karin menjelaskan, masing-masing rentang usia, jenis kelamin berbeda-beda. Kebutuhan gizi usia anak 7-9 tahun dan remaja wanita memiliki rentang yang sama karena membutuhkan gizi untuk tumbuh kembang.  Sedangkan lelaki dewasa dengan rentang usia 19-29 tahun memiliki kebutuhan karbohidrat paling tinggi.

Untuk usia 30 tahun keatas, Karin menyarankan, sebaiknya sudah mulai menjaga makanan dari porsi, jenis dan pengolahan. Sebab, dalam usia tersebut metabolisme sudah mulai menurun dan dapat mengganggu kesehatan.

Dalam penerapan B2SA, Karin mengatakan, bisa dimulai dengan edukasi di masyarakat yakni melalui Puskesmas dan Posyandu, Kurikulum buku dan kegiatan sekolah, demo masak makanan keluarga dan MPASI, Edukasi Pra nikah dan penyediaan pangan B2SA dengan harga terjangkau.

Namun Karin menilai penerapan B2SA paling efektif adalah dari lingkungan rumah tangga. Sebab Ibu memegang peranan penting dalam penentuan menu keluarga. Apakah menunya B2SA atau tidak, yang menentukan adalah ibu. Karenanya, edukasi B2SA juga sangat penting di tangan Ibu,” tuturnya.

Pola pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) pun dinilai Karin sangat penting bagi ibu hamil dan menyusui. Sebab, pada fase ini membutuhkan energi tambahan, protein, karbohidrat dan serat. “Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman pun sebaiknya diberikan paling lambat 3 bulan sebelum sang ibu merencanakan kehamilan,” katanya.

Dengan perencanaan yang matang, ibu hamil mengkonsumsi karbohidrat, protein seperti tahu tempe, sayur dan buah buahan. Saat usia 3 bulan bisa ditambahkan vitamin asam folat, penambah darah (zat besi) dan kalsium. “Mulai dari Ibu hamil, ibu menyusui, hingga bayi lahir. Gizi anak baru lahir bergantung dari gizi ibunya,” tuturnya.

Karin memberikan catatan, kandungan nutrisinya harus disesuaikan kondisi kesehatan seseorang. Nah, selama pandemi ia menyarankan untuk menambah asupan protein, vitamin, dan mineral guna menjaga imunitas tubuh. “Makan bukan hanya asal kenyang, tetapi juga supaya sehat. Pilihlah makanan yang beragam, bergizi lengkap dan seimbang, B2SA,” kata dokter gizi yang bertugas di Tzu Chi Hospital Pantai Indah Kapuk

Reporter : Gesha
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018