TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor---Bagi warga Jawa Barat, istilah Emok mungkin tak asing, yaitu salah satu cara duduk untuk perempuan. Fenomena Bank Emok kini sedang ramai diperbincangkan, yaitu penyedia jasa pinjaman di Jawa Barat yang dilakukan kepada nasabah secara berkelompok dan duduk ‘Emok’ melingkar.
Guru Besar Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University, Prof Euis Sunarti mengatakan, maraknya sistem pinjaman Bank Emok yang menyasar langsung kepada keluarga, sudah ada cukup lama di Jawa Barat.
“Pinjaman Bank Emok untuk pinjaman modal usaha, namun prakteknya juga digunakan untuk keperluan darurat keluarga lainnya, terutama untuk anak sekolah dan biaya sakit,” ujarnya.
Pakar Keluarga IPB University ini menjelaskan bahwa jasa Bank Emok digunakan karena adanya tekanan ekonomi keluarga. Diantaranya ditunjukkan dengan lebih kecilnya pendapatan dibanding kebutuhan dasar, dan ketiadaan tabungan.
Di sisi lain dukungan sosial seperti dari keluarga besar dan tetangga juga sangat terbatas. Kondisi tersebut memaksa masyarakat harus meminjam dana kepada pihak Bank Emok.
“Dengan syarat dan ketentuan yang mudah, membuat Bank Emok ini seringkali jadi jalan pintas untuk memperoleh dana darurat yang cepat cair, tanpa memahami beratnya bunga pinjaman yang dibebankan,” ungkap Prof Euis. Bahkan, lanjutnya, tidak sedikit keluarga yang memandang Bank Emok ini sebagai penyelamat keluarga.
Dalam penelitian yang dilakukan Prof Euis, sebenarnya ditemukan potensi untuk membantu keluarga yang sudah terlilit utang dari Bank Emok ini melalui berbagai lembaga yang berwenang mengelola keuangan dari masyarakat. Tapi, jumlah sumber dana yang terbatas membuat hal ini sulit untuk diterapkan secara maksimal.
“Potensi untuk membantu keluarga di tingkat bawah sebenarnya sudah ada, tetapi masih sulit untuk direalisasikan karena sumber-sumber dana yang digunakan, seperti infak, sodaqoh dan dana lainnya terbatas. Sementara pihak yang membutuhkan sangat banyak dan tidak memungkinkan untuk terjamah semua,” ungkapnya.
Kepada para keluarga, Prof Euis berpesan pentingnya memiliki keterampilan pengelolaan keuangan dan memaksakan menabung walau sekecil apapun. Sebab, jika dikumpulkan tetap akan meringankan ketika ada kebutuhan darurat. Demikian pula keluarga harus cermat dalam mengatur prioritas kebutuhan dan tidak mudah dalam meminjam kepada Bank Emok.
Ia menyarankan agar setiap keluarga mengtur kebutuhan yang menjadi prioritas dahulu. Apabila terpaksa harus meminjam, maka harus mengetahui batas kemampuan dalam mencicil.
“Jangan sampai cicilan utang melebihi dari kemampuan untuk membayarnya, yaitu penyisihan dari penghasilan yang dimungkinkan untuk membayar hutang. Jangan sampai tagihan cicilan semakin bertumpuk dan hutang berkepanjangan,” kata Prof Euis seperti dikutip dari IPB.ac.id.