Minggu, 19 Mei 2024


Kisah Bahrul Yakinkan Petani untuk Beralih ke Pertanian Organik

10 Jun 2021, 16:46 WIBEditor : Ahmad Soim

Bahrul, Tenaga Pendamping Petani | Sumber Foto:Soleman

 

 TABLOIDSINARTANI.COM, Malang – Berharap hasil dan harga yang lebih baik dengan menerapkan budidaya organik ternyata tidaklah mudah. Banyak petani yang tidak bisa begitu percaya saja dengan pertanian organik. Bahrul, Tenaga Pendamping Petani di Kota Batu, Jawa Timur punya kiat kiat khusus.

 

Sistem pertanian organik yang  diperkenalkan para penyuluh pertanian sempat membuat kelompok tani merasa ragu, sekilas terlihat biayanya mahal dan kekwatiran akan terjadinya penurunan hasil pertanian. Berkat bantuan Dinas Pertanian berupa sarana produksi dan penyuluhan secara bertahap pemahaman para petani mulai berubah.

Adalah Bahrul Rozak Prayogi, Tenaga Pendamping Petani (TPP) tergabung di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Junrejo Kota Batu berupaya membantu memberikan pemahaman kepada para petani dalam budidaya dengan sistem organik serta pemasaran hasil produksinya.

“Semakin tahu organik lebih dalam ada keyakinan bahwa budidaya organik terasa menguntungkan tidak seperti yang kita bayangkan dahulu, sulit begini-begini semakin masuk pemahaman yang lebih dalam lagi semakin suka, akhirnya karena secara ekonomis dalam jangka panjang itu lebih menguntungkan,”mengawali pembicaraannya.

“Saya bilang sama temen-temen kalau budidaya organik itu prosesnya seperti kurva terbalik jadi memang di awal akan turun semakin lama semakin naik semakin hari semakin subur semakin sedikit biayanya hal itulah yang coba kita lakukan sebagai penyemangat, kemudian dari segi pasarnya, organik itu masih sedikit waktu kita memulai hanya bisa memanem saja tidak bisa menjual, belajar menanam lebih baik kemudian kita kumpulkan ke tengkulak merekalah yang menjual dengan harga di atas harga pasar, kita coba pemasaran juga ke teman-teman, ”katanya.

“Saat itu pemasaran masih sulit, sekarang kita mencoba mencari nilai tambah dengan kemasan kita cari konsumen sendiri di lingkungan sekitar, rumah sakit, hotel, supermarket, sehingga bisa berjalan seiring dengan terbukanya pasar dan nilai tambah itu tadi kebutuhan pasar menjadi kurang pasokan, berangkat dari kurangnya kebutuhan kita mencoba mengumpulkan temen-temen dari daerah sekitar Pendem, Mojorejo, kita undang untuk berkumpul,”tambahnya.

BACA JUGA:

Untuk memenuhi kekurangan pasokan mengembangkan lagi di Kecamatan Batu kita mengambil dari daerah Oro oro ombo, Temas, Sidomulyo dan Sumberjo, sedangkan dari Kecamatan Bumiaji sudah mulai membudidayakan terbanyak dari daerah Giripurno dan Sumbergondo itu yang banyak, petani yang bergabung mereka pasti mempunyai lahan dan mempunyai sertifikasi organik.”imbuhnya.

Bahrul menjelaskan, ”untuk masuk ke pasar kita harus mempunyai sertifikat organik yang difasilitasi Dinas Pertanian yang tergabung di satu Gapoktan dalam satu Kecamatan, ketika ada teman yang mau bergabung kita survei dulu lahannya, ada bimbingan secara teknis, water treatmentnya supaya pengairan tidak langsung masuk dari lahan petani yang menggunakan bahan kimia agar tidak tercampur dan masuk ke lahan kita, juga untuk meminimalisir petani lain yang menyemprot serta terbawa angin, biasa kita menggunakan batas atau border dari tanaman kolonjono, tanaman bunga matahari untuk meminimalisir residu kimia, selain itu juga minimal tahun 1- 2 tahun terakhir lahan tidak menggunakan bahan kimia baru bisa masuk organik.”

Ketika ada petani yang ingin bergabung langsung dikonsultasikan dengan lembaga yang melakukan sertifikasi sebagai jaminan ke konsumen, secara umum budidaya organik tidak ada bedanya dengan pola konfensional, pengolahan tanah, pemberian nutrisi juga pemberian pestisida, bedanya kalau sudah organik pengolahan tanah tidak begitu sulit, kalau budidaya tetap menggunakan pupuk tentu saja pupuknya harus organik, pestisidanya juga organik dari bahan nabati sehingga semua produk yang dimasukkan ke lahan sesuai rekomendasi dari Lembaga sertifikasi organik, baik itu pupuk padat maupun pupuk cair dimaksimalkan harus nol persen kimia, pemanfaatan pupuk padat dari kotoran hewan ternak baik itu dari pemeliharaan sendiri maupun membeli dari peternak lain juga sangat efektif

 Hasil dan Harga

Menurut Bahrul, ”pada tahap awal budidaya tanaman organik memang akan mengalami penurunan produksi sekitar 60 persen, kalau sudah organik dalam rotasi 3 kali tanam atau sekitar 1 tahun akan meningkat 2-3 kali lipat, hal inilah yang kadang menjadi masalah bagi petani, menanamkan keyakinan bahwa jangka panjang akan lebih efektif apabila menggunakan pola organik perlu lebih banyak disampaikan, kami saat ini membudidayakan sekitar 30 jenis komoditi antara lain sawi daging, sawi hijau, sawi putih, berbagai selada, andewi merah, jenis tanaman sayur keras seperti wortel, buat bit, brokoli, labu siam, dan tanaman lainnya, beberapa keunggulan kualitasnya lebih baik harga lebih tinggi, sayuran organik lebih tahan lama dapat bertahan 4 sampai 5 hari masih kelihatan segar.”

Bahrul menjelaskan, ”harga pemasaran produk organik relatif lebih stabil karena memang segmentasi pasar organik berbeda, lebih banyak untuk supermarket yang memang dibutuhkan mekanisme kontrak harga, sedangkan untuk kerjasama ada beberapa packing house di kota Surabaya, pemasaran secara langsung ke masyarakat sekitar semuanya juga sudah berjalan dan semakin berkembang. 

 Kiat dan Kesadaran Petani

Lulusan sarjana pertanian salah satu universitas swasta terbesar di kota Malang ini berpendapat, “progam Dinas Pertanian sering membuat percontohan itu kurang efektif cara yang paling tepat adalah kita sering-sering komunikasi tapi tidak hanya berkomunikasi saja, kita sambil membawa bukti bukan lagi rancangan, ini barangnya, ini penghasilannya, ini tanahnya, sekarang petani sudah harus pandai, bisa memanfaatkan pupuk kandang, sisa rempesan tanaman bisa dimanfaatkan serta tidak dipusingkan dengan pupuk kimia.”

“Yang penting kita tanamkan kepada petani pertama, jangan berpikir organik itu mahal, organik itu berangkat dari memperbaiki lahan itu saja semakin lama semakin baik, kalau udah orientasinya harga itu banyak orang salah paham masalahnya ketika masuk budidaya organik secara menyeluruh dengan jumlah dan kualitasnya menjadi turun serta tidak bisa masuk ke standarisasi supermarket banyak tertolak itu yang jadi masalah, sehingga mengalami kerugian, maka disarankan secara bertahap.

Kedua, sebagai bukti buat diri sendiri bahwanya organik ada hasilnya setelah perjuangan satu tahun, secara bertahap dalam luasan kecil, 100 meter, 200 meter  sampai akhirnya semua lahan dikonfersikan ke organik kemudian didaftarkan ke lembaga sertifikasi organik, ”mengakhiri penjelasnya.

____

 Sahabat Setia SINAR TANI bisa berlangganan Tabloid SINAR TANI dengan KLIK:  LANGGANAN TABLOID SINAR TANIAtau versi elektronik (e-paper Tabloid Sinar Tani) dengan klikmyedisi.com/sinartani/ 

 

Reporter : Soleman
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018