Kamis, 18 April 2024


Harga Cabai Melonjak, Kementan Pasang Strategi Pengamanan

06 Jul 2022, 12:41 WIBEditor : Yulianto

Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto saat panen cabai di Temanggung | Sumber Foto:Humas Horti

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Dampkan cuaca ekstrim membuat produktivitas tanaman terganggu dan berimbas pada melonjaknya harga cabai sejak awal Juni lalu. Mengantisipasi gejolak harga, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Hortikultura menyiapkan langkah pengamanan. Apa saja?

Seperti kita ketahui intensitas curah hujan yang masih tinggi sepanjang tahun sejak Oktober 2021 hingga Juni 2022. Berdasarkan data BMKG, curah hujan pada periode April-Mei 2022 cenderung lebih tinggi dibandingkan periode April-Mei 2021.

Hal ini secara tidak langsung menyebabkan peningkatan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Phytophthora, spp penyebab penyakit busuk daun pada cabai, dan juga penyakit antraknosa. Namun, bukan berarti tidak ada produksi, hanya saja terdapat penurunan luas tambah tanam maupun terdapat kerusakan tanaman akibat kondisi cuaca yang ekstrim.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto memaparkan, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, serangan OPT pada bulan Mei 2022 terbanyak adalah Antraknosa seluas 851,72 ha, Phytophthora  seluas 204,87 ha dan layu Fusarium seluas 64,35 ha. Serangan antraknosa yang masif juga membuat kualitas buah menurun.

Kehilangan hasil yang diakibatkan antraknosa berkisar antara 20 – 90% (Sumber : Info Teknologi Litbang Kementan 11 Juli 2016). Kondisi ini mendorong petani untuk memanen buah sebelum waktunya. Hal ini berdampak pada ketersediaan cabai di pasar khususnya yang berwarna merah berkurang.

Prihasto mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi gejolak harga cabai ini serta mengamankan pasokan cabai nasional. Sejak tahun 2020, Pemerintah sudah menyiapkan Early Warning Sistem (EWS) untuk mengantisipasi kerawanan produksi.

Pemerintah juga menyediakan bantuan saprodi dan benih untuk pengembangan kawasan dengan fokus pada daerah pengembangan/defisit melalui program kampung hortikultura. Selain itu, Pemerintah juga memberikan bantuan  biaya distribusi  dari daerah surplus ke daerah defisit  saat terjadi gejolak harga.

Terkait kondisi cuaca ekstrim yang menyebabkan rusaknya pertanaman cabai di beberapa wilayah, Prihasto menegaskan, jajarannya telah berupaya untuk melakukan langkah preventif untuk mengatasi serangan OPT yang menyerang tanaman cabai.

Setiap tahun, Ditjen Hortikultura selalu mengadakan bimtek budidaya cabai ramah lingkungan yang dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia. Tujuannya agar para petani kita bisa memelihara tanamannya agar lebih baik lagi.

"Yang namanya kondisi cuaca itu berkah dari Tuhan, tentunya tidak bisa kita lawan. Karena itu, kita harus berupaya untuk menjaga tanaman lebih baik lagi. Jika nutrisi tanaman tercukupi, pastinya tanaman akan lebih kuat dan tahan dari serangan hama penyakit," katanya.

Untuk mengatasi pertanaman yang sudah mengalami kerusakan, Pemerintah sudah menyiapkan gerakan pengendalian (gerdal)  OPT cabai seluas 1.192 ha . Selain itu, Pemerintah juga sudah menyiapkan KUR horti/cabai untuk modal awal budidaya dengan bunga ringan agar petani dapat memulai kembali kegiatan budidaya cabainya.

Agar masyarakat lebih mudah memperoleh cabai, Kementan juga sudah menyediakan Pasar Tani dan TTIC untuk mendekatkan produsen ke konsumen. Selain itu, saat ini sedang disiapkan platform e-commercenya untuk pemasaran produk hortikultura secara online.

"Produk hortikultura yang tersedia di Pasar Tani dan TTIC ini kita ambil langsung dari para petani. Jadi tentu harganya bisa lebih murah dibandingkan di pasar eceran. Jangan ragu lagi, ayo Kita belanja kebutuhan pangan di Pasar Tani dan TTIC. Harga murah, kualitas tetap utama," katanya.

Reporter : julian
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018