Senin, 29 Mei 2023


Inilah Strategi Antisipasi El Nino di Hortikultura

25 Mei 2023, 04:00 WIBEditor : Yulianto

Petani hortikultura harus bersiap hadapi perubahan iklim | Sumber Foto:DOk. sinta

TABLOIDSINARTANI.COM, Bogor---Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL)  meminta kepada seluruh jajarannya untuk segera melakukan langkah strategis dan antisipasi dalam menghadapi El Nino 2023.  Berdasarkan data BMKG, El Nino diperkirakan mulai terjadi pada Juli-Agustus 2023.

Mentan SYL juga mendorong petani  Indonesia sebagai negara yang kuat dalam menghadapi ancaman El Nino maupun krisis global dunia. Dirinya memastikan bahwa jajaran kementan telah siap siaga di lapangan untuk melakukan langkah-langkah preventif dalam menghadapi ancaman global el nino.

SYL juga mengharapkan persiapan pemerintah daerah untuk ikut serta membantu para petani yang kesulitan dalam menghadapi iklim ekstrim ini. "Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ekstrim El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga awal tahun 2024," tegasnya.

Menindaklanjuti arahan Menteri Pertanian, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengambil langkah cepat dengan melakukan kolaborasi dan langkah konkret dengan membentuk Tim Early Warning System (EWS) dan Pengelolaan Tanam Hortikultura (SIPANTARA). Rapat koordinasi dipimpin langsung oleh Direktur Jenderal Hortikultura yang dihadiri oleh semua tim. Tim ini terdiri dari BMKG, Badan Informasi Geospasial (BIG), BRIN, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo,  BSIP Agroklimat dan Hidrologi Pertanian. 

Prihasto menjelaskan, tim EWS SIPANTARA tidak hanya membuat prediksi (peringatan dini) untuk 3 bulan sampai 5 bulan ke depan. "Tapi yang terpenting adalah langkah konkret dan kebijakan serta rekomendasi apa yang bisa dilakukan untuk antisipasi El Nino ke depan. Produksi dan ketersediaan hortikultura harus tetap tersedia dan aman dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat," jelasnya. 

Direktur Perlindungan Hortikultura, Jecvy Hendra  melakukan koordinasi dengan BPTPH seluruh Indonesia dengan mempercepat kegiatan yang terkait dengan penanganan dampak perubahan iklim terutama antisipasi El Nino. Jekvy menerangkan bahwa Beberapa kegiatan mitigasi akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

"Para POPT kami segera turun lapangan melakukan fasilitasi DPI seluas 375 Ha,  Fasilitasi klinik sebanyak 150 unit,  Gerakan pengendalian hortikultura seluas 6.800 ha di kampung hortikultura, dan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) sebanyak 120 kelompok. Semua kegiatan ini dilakukan secara cepat dan tepat sasaran dalam rangka antisipasi El Nino di lapangan," kata Jekvy. 

Berdasarkan hasil Monitoring dan Prediksi Iklim oleh BMKG dan beberapa Pusat Prediksi Iklim Dunia, menyatakan bahwa gangguan Iklim Global La Nina sudah berakhir menjadi Netral pada Maret-April 2023, Namun demikian mulai pertengahan Tahun 2023 periode Juni-Juli-Agustus 2023 diprediksi berpotensi terjadi El Nino  dengan peluang 70-90 persen.

Disisi lain fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) berada pada fase Netral dan diprediksi IOD akan menuju fase  postif. Kombinasi dari 2 Fenomena tersebut berpotensi berdampak pada berkurangnya curah hujan disebagian besar wilayah Indonesia, kondisi ini diperparah lagi karena pada periode tersebut Indonesia berada pada puncak dan akhir musim kemarau pada Agustus sampai dengan September 2023. 

Berdasarkan Prakiraan sifat hujan bulanan untuk Juni hingga November 2023 menunjukkan kondisi Bawah Normal (lebih kering), terutama untuk wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian Tengah dan Selatan dan Kalimantan bagian Tengah dan Selatan. 

Menyikapi peluang El Nino pertengahan tahun 2023, tim BMKG memberikan masukan beberapa langkah aksi dan antisipsi dini  yang perlu dilakukan pada sub sektor  hortikultura. Pertama, perlu Antisipasi Dini menghadapi Musim Kemarau 2023, terutama pada wilayah yang diprediksi akan kering bahkan lebih kering khususnya wilayah sentra hortikultura pada komoditas prioritas seperti cabai dan bawang merah.

Kedua, membangun Sistem Peringatan Dini (EWS SIPANTARA) agar bisa membuat Peringatan Dini pada sektor hortikulutura dengan memetakan wilayah kering/basah, potensi serangan OPT, Rekomendasi/Aksi Antipasi, Jadwal Tanam dalam rangka menjaga ketahanan pangan Nasional. "EWS SIPANTARA bisa dijadikan salah satu contoh collaborative dan inisiatif program Global “ Early Warning for All” 2023-2027. 

Ketersediaan air menjadi tantangan besar. Baca halaman selanjutnya.

 

Reporter : Julian
Sumber : Ditjen Hortikultura
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018