TABLOIDSINARTANI.COM, Cilacap---Petani di Cilacap mengembangkan kampung bawang merah benih TSS dengan luasan sekitar 2 hektar (ha). Varietas yang petani kembangkan adalah Maserati.
Ketua Kelompok Tani Rejeki Lancar asal Desa Karanganyar, Kecamatan Adipala, Tasilan mengatakan, produktivitas bawang merah TSS mencapai 15 ton/ha. Dengan kebutuhan benihnya sebanyak 4 kg/ha dan harga Rp 4 juta/kg, biaya yang diperlukan petani untuk keperluan benih hanya Rp 16 juta/ha.
“Budidaya bawang merah dengan benih TSS ini lebih murah, lebih tahan OPT dan kualitas umbi yang dihasilkan sangat bagus,” katanya. Bawang merah TSS Maserati memiliki tampilan warna umbi merah merona dan mengkilap, sehingga memberikan daya tarik ketika dijual.
Tasilan menjelaskan teknik budidayanya. Persemaian tanaman katanya, dilakukan selama 45 hari, melalui proses pembuatan guludan dengan mencangkul tanah dengan ketinggian 50 cm. Setelah itu diletakkan waring (jaring halus dari plastik) dan di atasnya ditambahkan tanah setinggi 20 cm dan abu sekam.
Setelah itu dibuat garis lajur pada guludan kemudian ditaburkan benih bawang merah TSS lalu ditutup trichokompos. Setelah 45 hari, benih kemudian dipindah tanamkan ke guludan baru.
“Dengan sistem waring, proses pindah tanam benih bawang merah TSS menjadi lebih mudah dan akar tidak rusak sehingga tanaman tidak mudah stress setelah proses pindah tanam,” paparnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menjelaskan, kendala utama produksi bawang merah terfokus pada cuaca. Produksi akan berkurang pada musim hujan yang menyebabkan harga tinggi dan berlebihan di musim kemarau yang mengakibatkan harga jatuh.
“Petani enggan menanam di musim kering sehingga diharapkan petani dapat melakukan usaha tani di musim kering dengan pola tanam off season,” ujarnya, Jumat (8/9).
Bawang merah, lanjut Prihasto, umumnya diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan umbi sebagai penanaman bawang merah. Permasalahan metode budidaya bawang merah umbi adalah harga umbi mahal, biaya transportasi tinggi, dapat menularkan penyakit ke generasi berikutnya dan memiliki umur simpan yang pendek.
Sementara itu, Direktur Perlindungan Hortikultura, Jekvy Hendra menjelaskan, budidaya tanaman sehat menjadi salah satu aspek penting untuk implementasikan di lapangan. Budidaya tanaman sehat merupakan metode budidaya yang diadopsi dari salah satu prinsip pengendalian hama terpadu.
“Dalam budidayanya memadukan semua teknologi budidaya berbasis ramah lingkungan, sehingga dihasilkan tanaman yang sehat, lingkungan yang lestari dan produk yang aman konsumsi,” katanya.
Dirinya menerangkan, pada 2023 tengah dilaksanakan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) sebanyak 120 kelompok yang tersebar di Wilayah Timur dan Wilayah Barat. Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi yang menjadi fokus dalam pendampingan budidaya hortikultura ramah lingkungan.