TABLOIDSINARTANI.COM, JAKARTA---Memasuki tahun 2024, berbagai tantangan dalam pembangunan pertanian masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Namun di tengah berbagai tantangan, hortikultura masih menjadi komoditas yang seksi. Apalagi potensi pasarnya bukan hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.
Ketua Komisi Tetap Pengembangan Hortikultura KADIN, Karen Tambayong mengatakan, dengan kian bertambahnya jumlah penduduk dan peningkatan ekonomi, permintaan komoditas hortikultura akan semakin besar.
”Ini menjadi peluang bagi kita. Potensi produksi di dalam negeri sangat besar dan ini perlu digarap serius. Apalagi komoditas hortikultura selain nilainya tinggi, nutrisinya juga tinggi,” katanya saat Pengukuhan dan Sarasehan Pengurus Perhorti yang berlangsung online, Sabtu (6/1).
Karen mengusulkan agar penetapan komoditas strategis untuk komoditas hortikultura perlu dikaji lagi. Saat ini pemerintah hanya menetapkan dua komoditas yakni bawang merah dan cabai sebagai produk strategis dengan dasar sebagai penyebab inflasi. ”Penetapan komoditas strategis tersebut tidak pernah berubah sejak tahun 1967,” katanya.
Padahal menurut Karen, dengan globalisasi sudah banyak perubahan dan tantangannya cukup besar. Misalnya, kondisi stunting yang terjadi di Tanah Air, meski jumlahnya menurun tapi kondisinya masih mengkhawatirkan. Untuk itu, ia mengajak semua pihaknya untuk kembali melihat pola makan masyarakat Indonesia.
“Selama ini konsumsi karbohidrat masyarakat kita lebih banyak dan belum ada aksi membuat diversifikasi karboihidrat. Meski sudah lama diprogramkan, tapi belum banyak perubahan,” katanya. Selama ini Karen melihat belum ada data riil, secara genetik seberapa besar kebutuhan karbohidrat manusia Indonesia, karena sangat berpengarug terhadap produksi padi.
Ke depan Karen berharap harus ada upaya lebih keras mendorong riset diversifikasi pangan berbasis hortikultura dan membuat peta protein masyarakat Indonesia. Saat ini konsumsi protein baru 57 kg/kapita/tahun dari seharusnya 62,2 kg/kapita/tahun. Sedangkan konsumsi buah dan sayuran baru 237,5 gram/kapita/tahun dari seharusnya 286,9 gram/kapita/tahun.
“Ini menjadi Pekerjaan Rumah kita bersama,” katanya. Karen melihat Indonesia mempunyai potensi besar karena setiap wilayah, dari barat hingga timur berbeda, termasuk komoditas buah dan sayuran. “Kita perlu perlu meningkatkan konsumsi sayuran dan buah sendiri. Ini akan menjadi kekuatan kita. Percuma kita masuk global kalau kita tidak kuat,” teganya.
Posisi hortikultura Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lainnya. Tapi pemerintah menargetkan bisa mengangkat hingga posisi 5 dunia. Bagaimana caranya. Baca halaman selanjutnya.