TABLOIDSINARTANI.COM, Semarang --- Petani anggota Kelompok Tani Lohjinawi desa Purwosari kembali berseri ketika panenan edamame mereka cukup berhasil dan dibeli mitra kerja PT. KAM sesuai harga kontrak. Panen perdana edamame tersebut di kemas dalam perhelatan Farmer Field Day ( FFD ) “Panen Raya Edamame” dan dihadiri 3 pihak yang bermitra, Kelompok Tani Lohjinawi, PT. KAM dan Bank BJB.
Ketua Kelompok Tani Lohjinawi, Triyono, menuturkan bahwa usahatani dengan pola kemitraan telah dilakoni kelompoknya sejak tahun 2017. Pasang surut pola kemitraan dengan beberapa pihak telah dialami.
“ Kami menyukai pola kemitraan karena ada kepastian hasil dalam berusaha tani, Disamping kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, tentunya “ katanya.
Pola kemitraan juga sempat terhenti selama masa pandemi. Pada tahun 2022 mencoba kemitraan untuk memproduksi benih jagung, namun karena satu dan lain hal , kemitraan tersebut kurang berhasil.
Baru pada akhir tahun 2023 berjalan lagi, dengan komoditas edamame. Kemitraan masih akan dilanjutkan pada tahun 2024 ini.
Pola yang sekarang sedang berjalan adalah kemitraan produksi edamame. Kelompok Tani Lohjinawi membudidayakan tanaman edamame sampai berproduksi, Bank BJB menyediakan pinjaman permodalan dan PT.KAM membeli hasil produksi edamame dari kelompok tani dengan harga yang disepakati. Semua kesepakatan tersebut tertuang dalam kontrak yang ditandatangani bersama.
Pada kesempatan FFD tersebut, Direktur Komersial dan UMKM Bank BJB, Nancy Adityasari menyampaikan pesan bahwa kemitraan yang telah dimulai akan berkelanjutan dalam jangka jangka panjang.
“Karena kami mempunyai kompetensi dan kemampuan untuk membimbing petani.” ujarnya.
Sedangkan Direktur PT.KAM, Muhlisul Fuad mengatakan bahwa komoditas yang dikelola perusahaannya meliputi 60% okra, 35?amame dan 5 % buncis. Ia menyatakan optimis dengan komoditas tersebut.
“ Pertumbuhan PT KAM mencapai 200%” ujarnya
Muhlisul juga mengatakan bahwa saat ini peran petani tidak hanya diperlukan ditingkat lokal tapi juga di tingkat nasional dalam rangka Ketahanan Pangan.
“Ayo majukan pertanian dan perkuat ketahanan pangan. Edamame dan okra dr indonesia, kebanggaan yg harus digaungkan.” serunya.
Ketua kelompok tani Lohjinawi mengatakan bahwa mereka tidak mengalami kesulitan ketika membudidayakan edamame. Kelompok tani yang berada di desa Purwasari, kecamatan Mijen, Kota Semarang saat ini menanam edamame seluas 4 hektar yang dilaksanakan oleh 20 orang petani anggota.
“Jumlah anggota kami 50 orang, yang lain menanam jagung dan hanya 15 % saja yang menanam padi” kata Triyono menjelaskan..
Rata-rata petani menanam edamame seluas 2.000 m⊃2;, mereka rata-rata menghabiskan benih 16 - 20 kg. “ Setelah ditanam dan dipelihara dengan baik, setiap kg benih dapat menghasilkan 100 kg edamame polong basah” kata Triyono. “ Sehingga per petani rata-rata menghasilkan 1,6 - 2 ton edamame polong basah”
Panenan edamame di kelompok tani Lohjinawi diatur sedemikian rupa, sehingga hasil panen sesuaidengan jadwal kebutuhan pasar. Panen diatur bergilir , tiap kali panen untuk 2 orang petani. Harga yang disepakati dalam kontrak sebesar Rp 6.500,- / kg polong basah.
Sebenarnya edamame bisa dipanen dengan 2 cara. Yang pertama dipanen polong muda, yang masih berwarna hijau segar, ketika pengisian polong mencapai 80-90%, pada umur 65 HST. Panen. dilakukan 2 hari sekali, tidak sekaligus.
Cara yang ke dua adalah panen polong yang sudah masak penuh, panen dilakukan saat tanaman berumur 90 – 100 HST. biasanya panen polong masak dilakukan untuk menghasilkan benih siap tanam.
Setelah dipanen, agar edamame tetap segar dan tidak layu, polong muda harus segera dibawa ke tempat yang teduh dan terhindar dari panas matahari. Bisa dicuci dengan air bersih jika polongnya kotor.
Permintaan edamame yang marak dipasaran tentu saja edamame dengan kualitas terbaik. Berwarna hijau segar dan terbebas dari serangan penyakit. Polong berisi 2 – 3 biji, bobot perpolong berkisar 2,5 – 3,5 gram, dengan jumlah polong antara 150 – 175 polong per setengah kilogramnya.
Polong muda edamame pada umumnya dikelompokkan menjadi 4 kelas mutu atau grade, yaitu:
Grade A : Kualitas super. Ciri-cirinya warna polong hijau tua, polong berisi penuh dengan isi 3 biji polong, dan kulit polong halus.
Grade B : Kualitas premium. Ciri-cirinya polong hanya berisi 2 biji, polong berwarna hijau halus.
Grade C : Kualitas deluxe. Ciri-cirinya polong kurang bernas dan warna kurang segar.
Grade D : Kualitas Mukimame. Biasanya tidak untuk dikonsumsi segar, namun digunakan untuk olahan edamame.
Menurut Koordinator Penyuluh Pertanian di BPP Mijen Indah Kartika Dewi, S ST, , tanaman edamame cocok ditanam di wilayah kerjanya. Terbukti produktivitas yang dicapai di kelompok Tani Lohjinawi- Purwosari melebihi produktivitas potensial.
“Dalam beberapa publikasi produktivitas potensial edamame disebutkan 7,5 ton per hektar, disini bisa mencapai 8 - 10 ton per hektar” katanya.
Walaupun berasal dari Negeri Sakura,Edamame merupakan pangan alternatif yang berpotensi bagus untuk dikembangkan. Karena dapat dibudidayakan petani lokal dengan relatif mudah, dan mengandung gizi yang baik untuk memenuhi standar Pangan Beragam, Bergizi, Seimbangt dan Aman (B2SA).
Setiap 100 gram edamame mengandung sekitar 582 kalori, 11,4 gram protein, 7,4 gram karbohidrat, 6,6 gram lemak, 140 milligram posfor, 70 milligram kalsium, 1,7 milligram besi, 140 milligram kalium, 100 milligram vitamin A/karoten, 0,27 milligram vitamin B1, 0,14 milligram vitamin B2, 1 milligram vitamin B3, dan 27% vitamin C.
Karena ditanam dipedesaan, dapat langsung dimakan setelah direbus, maka edamame dapat menjadi cemilan anak-anak sehingga berpotensi untuk membantu mencegah stunting.