Sinar Tani, Jakarta --- Acara "Flower Arrangement Trends 2025 – Bloom with Local Flower" yang digelar di Jakarta Design Centre oleh Ikatan Perangkai Bunga Indonesia (IPBI) bersama Florist Indonesia Community (FIC) berhasil mencuri perhatian para pelaku industri florikultura. Acara ini bertujuan untuk mendorong para florist dan pelaku industri bunga di Indonesia agar semakin mencintai serta memanfaatkan flora lokal.
Bunga-bunga lokal seperti mawar, jengger ayam, krisan, anggrek, serta daun anturium dan kuping gajah, kini semakin diakui kualitas dan keindahannya.
Ketua Panitia "Flower Arrangement Trends 2025 – Bloom with Local Flower", Nowo Endah, menyampaikan bahwa penggunaan bunga lokal bukan hanya penting untuk mengurangi ketergantungan pada bunga impor, tetapi juga untuk memajukan UMKM di sektor ini.
“Keunggulan bunga lokal tidak hanya terletak pada keindahan, tetapi juga ketahanannya. Bunga-bunga ini bisa bertahan hingga lima hari, bahkan lebih, dengan harga yang lebih kompetitif dibandingkan bunga impor," ujarnya.
Melalui penggunaan bunga lokal, diharapkan akan tercipta peluang yang lebih besar bagi para petani bunga Indonesia dan memperkuat daya saing produk lokal di pasar global.
Acara ini menjadi wadah edukasi bagi para perangkai bunga untuk mempelajari tren terbaru dalam industri ini, baik dari segi estetika maupun strategi bisnis. Nowo juga berharap agar para peserta, khususnya UMKM, dapat memperdalam pengetahuan tentang pengelolaan usaha dan manajemen keuangan, sehingga usaha mereka bisa berkembang lebih baik.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum DPP IPBI, Lily Sutanto, menekankan bahwa profesi perangkai bunga berperan penting dalam rantai perdagangan florikultura, mulai dari petani hingga konsumen akhir. Para perangkai bunga berfungsi sebagai penghubung antara petani bunga dan pasar, sehingga mereka memiliki peran strategis dalam menentukan jenis bunga dan daun potong yang harus dibudidayakan oleh petani.
"Dengan adanya komunikasi yang baik antara petani dan perangkai, kesalahan dalam memilih jenis tanaman yang dibudidayakan dapat dihindari, sehingga petani tidak mengalami kerugian," jelas Lily.
Menurutnya, IPBI terus berupaya untuk memberikan edukasi kepada para perangkai bunga tentang tren florikultura, sehingga mereka dapat menghasilkan karya yang relevan dengan kebutuhan pasar. “Melalui tangan-tangan perangkai bunga inilah, masyarakat bisa lebih menghargai kekayaan flora lokal yang dimiliki Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Florist Indonesia Community, Aminudin, menekankan pentingnya inovasi dan kreativitas dalam merangkai bunga untuk menarik minat pasar. Menurutnya, acara seperti ini sangat penting untuk memberikan inspirasi dan wawasan baru kepada para perangkai bunga, terutama dalam menciptakan kreasi rangkaian yang segar dan inovatif.
“Kami berharap para florist bisa saling berbagi pengalaman dan ide kreatif dalam merangkai bunga, sehingga industri ini terus berkembang,” ungkap Aminudin.
Acara ini juga mendapat dukungan dari Kementerian Koperasi dan UKM. Deputi Bidang Usaha Mikro, Dr. Yulius, M.A., mengatakan bahwa pemerintah terus mendorong pelaku industri bunga lokal untuk mengoptimalkan potensi besar yang dimiliki Indonesia. Di beberapa daerah, seperti Brastagi, bunga-bunga berkualitas sering kali tidak dikelola dengan baik sehingga peluang pasar terbuang.
"Kami ingin membantu petani bunga lokal untuk terhubung dengan pengusaha besar melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan pelatihan pemasaran, sehingga produk lokal memiliki pasar yang lebih stabil," jelas Yulius.
Ia juga menyoroti peran penting florist dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama poin 8 yang terkait pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, florist tidak hanya berperan sebagai seniman, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi yang menciptakan lapangan kerja.
“Dengan berkembangnya industri florist, kami melihat semakin banyak peluang pekerjaan tercipta, terutama bagi masyarakat lokal,” ungkapnya.
Acara "Flower Arrangement Trends 2025" diisi dengan berbagai sesi menarik, mulai dari pameran bunga, demo merangkai, hingga diskusi bisnis. Sebanyak 36 perangkai bunga dari seluruh Indonesia memamerkan karya-karya rangkaian bunga yang menggunakan flora lokal.
Pada kompetisi yang diadakan dalam rangkaian acara tersebut, Grace Yanuar berhasil meraih Juara Favorit 1, disusul oleh Wahyu Wibowo di posisi Juara Favorit 2, dan Lenny Dasuha sebagai Juara Favorit 3. Sementara itu, Jessica Hudaya mendapatkan penghargaan Juara Khusus berkat inovasinya dalam merangkai bunga lokal.
Selain pameran, sesi Biztalk dengan tema “Flower Business Financial Planning” yang dibawakan oleh Victor Tedja, Chief Retail Officer PT Syailendra Capital, memberikan pengetahuan mengenai strategi bisnis dan pengelolaan keuangan yang tepat bagi para florist. Peserta diberikan pemahaman mengenai pentingnya perencanaan keuangan dalam mengembangkan usaha florikultura.
Sesi selanjutnya diisi dengan demo dan talk show tentang tren merangkai bunga 2025 oleh Andy Djati Utomo, S.Sn, AIFD, CFD, Kepala Bidang Pendidikan DPP IPBI. Andy memperlihatkan keindahan flora lokal yang dapat digunakan dalam rangkaian bunga modern serta teknik-teknik merangkai bunga yang inovatif. Pada sesi ini, Andy juga memberikan tips tentang cara menjaga kesegaran bunga potong agar lebih tahan lama.
Selain itu, Omni Flora, produsen bunga potong yang menjadi sponsor acara, juga menyajikan demo "The Basic of Flower Care Handling" yang mengedukasi peserta tentang cara merawat bunga potong agar tetap segar lebih lama. Pengetahuan ini sangat penting bagi para florist agar dapat menghasilkan rangkaian bunga yang tahan lama dan berkualitas tinggi.
Dengan tema "Bloom with Local Flower," acara ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi para perangkai bunga untuk terus mencintai flora lokal, meningkatkan kualitas karya, serta mendukung pelestarian lingkungan melalui penggunaan bunga-bunga lokal yang ramah lingkungan.
Para peserta juga diharapkan semakin memahami pentingnya pengelolaan bisnis dan keuangan untuk memastikan keberlanjutan usaha florikultura mereka.