TABLOIDSINARTANI.COM, Subang --- Tak banyak yang tahu jika pertanaman Nenas itu enggak ribet. Meskipun berdempetan dan populasi padat, hasil pertanaman nenas pun bisa maksimal. Seperti yang dilakukan petani Nenas Subang.
"Sudah saya buktikan sendiri. Dengan pertanaman 50 cm x 50 cm dan penggunaan plastik mulsa bisa mencapai 40 ribu batang/ha," tutur anggota Kelompok Tani Mekarsari Maju di Kampung Mekarsari, Desa Sarireja, Kecamatan Jalan Cagak, Kab. Subang, Efrizal Ali dalam sambungan telepon dengan tabloidsinartani.com.
Menurutnya, jarak tanam sangat menentukan bobot nenas yang ingin dihasilkan. jika menginginkan panen dengan bobot 1 kg 2 ons (1,2 kg), Efrizal menyarankan jarak pertanaman 40 cm x 40 cm.
"Begitu juga kalau mau hasilnya 8 ons (800 gram), dibuat jarak tanamnya 25 cm x 25 cm. Intinya bobot buah yang ingin kita buat, kita atur jaraknya saja," jelasnya.
Pengalaman Efrizal yang bertanam Nenas Subang sejak 2012 ini, dibenarkan oleh Kasie Buah dan Tanama Hias dari Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Elis R. Nuraida.
Menurutnya, Nenas merupakan salah satu buah yang tidak membutuhkan banyak pemeliharaan. "Apalagi Pak Efrizal dalam budidaya nenasnya menggunakan plastik mulsa sehingga bisa menekan pertumbuhan gulma," tuturnya.
Lebih lanjut Elis menuturkan bahwa pertanaman nenas dengan populasi lebih dari 20 ribu batang per hektar merupakan hal yang biasa. "Petani Nenas yang tidak pakai mulsa saja bisa mencapai populasi 30 ribu batang," ungkapnya.
Elis menuturkan populasi sampai 40 ribu batang bukanlah hal yang mustahil. Pasalnya, PT Great Giant Pineaple saja bisa mencapai 60 ribu/ha.
"Semua tergantung model penanaman. Ada yg 2 baris baru ada sela ada yg 1 baris lalu sela," tuturnya.
Mengenai pemupukan, umumnya petani nenas menggunakan pemupukan dasar organik dan NPK/Urea non subsidi.
Di Subang sendiri, pertanaman nenas terluas ada di Kec. Jalancagak, Kec. Kasomalang, Kec. Cijambe dan Kec Ciater.
Adapun varietas yang ditanam petani disana adalah Smoothcayene atau sekarang sudah terdaftar di Kementerian Pertanian dengan nama Nenas Subang.
Produktivitasnya sendiri pada tahun pertama bisa mencapai 2,5-3 kg. Di tahun kedua dan seterusnya semakin menurun. "Idealnya 3 kali panen tanaman harus dibongkar," tuturnya.
Lebih lanjut Elis menjelaskan produktivitas tersebut merupakan produktivitas per batang. "Kalau populasi 30.000-40.000 batang dan berbuah semuanya bisa dihitung sendiri," ujarnya.
Mengenai pemasarannya, Elis menuturkan disana sudah ada beberapa petani yang juga menjadi pengepul besar. Untuk kemudian dijual ke beberapa kios pinggir jalan atau ke DKI Jakarta.
"Kalau di kios pinggir jalan, biasanya petani langung menjual ke kios atau kios yang mencari ke petani," tuturnya.
Buah nenas ini memang dapat dijumpai di sepanjang jalan Ciater, Bandung-Subang. Bahkan menjadi oleh-oleh khas Subang.
Para penjual nanas berjajar di sepanjang Jalan Ciater yang nyambung dengan Tanjakan Emen atau Jalan Tangkubanparahu, terutama di sepanjang perkebunan teh. Sehingga bagi wisatawan, muncul istilah wisata ke Subang kurang lengkap jika tidak membeli nanas.
Beberapa pabrik makanan atau selai pun sering membeli nenas langsung ke petani. "Untuk ke pabrik biskuit, kematangan nanas diminta 60 persen. Kalau ke pabrik saos, tingkat kematangannya campur," tuturnya.