Minggu, 20 April 2025


Budidaya Kentang Ramah Lingkungan

13 Jan 2015, 10:09 WIBEditor : Kontributor

Menyelamatkan Lereng Dieng

Kentang selama ini menjadi primadona usaha budidaya petani di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, terutama di lereng pegunungan Dieng. Bahkan daerah tersebut menjadi pemasok utama kebutuhan kentang sayur di Indonesia.

Sayuran lainnya yang tak kalah luasan tanamnya antara lain, kubis, kembang kol, sawi putih, cabe, tomat, bawang daun, buncis, seledri. Beberapa sayuran yang umumnya ditanam sebagai tanaman tumpangsari.

Dengan sistem budidaya yang intensif dan hampir tak ada masa istirahat, telah berdampak negatif, terutama kerusakan lahan berupa menurunnya tingkat kesuburan lahan. Selain itu, tanaman mudah terserang hama penyakit, kadang muncul hama dan penyakit baru yang sebelumnya tidak menimbulkan masalah serius. Dampak negatif yang juga dikhawatirkan adalah tingginya residu kimia dari pestisida.

Pemecahan masalah tersebut tidaklah mudah. Apalagi pendekatannya tidak memberikan solusi bagi peningkatan pendapatan petani, bahkan kadang mematikan usaha petani. Akibatnya langkah penyelamatan justru gagal total.

Jika produksi menurun, biasanya petani akan membuka lahan pertanian yang baru. Umumnya petani membuka lahan hutan penyangga yang berada di wilayah atasnya. Padahal akan berakibat langsung menurunnya sumber air. Catatan Pemda Kabupaten Wonosobo menyebutkan, dalam lima tahun terakhir telah hilang lebih dari 1.000 sumber mata air.

Teknologi Sudah Tersedia

Karena itu perlu tindakan alternatif. Dari sisi teknologinya sebenarnya sudah ada, tinggal aplikasi di lapangan dengan memberikan contoh yang bisa dilakukan petani. Misalnya teknologi budidaya kentang. Dapat dilakukan dengan penyediaan benih stek pucuk, stek batang, stek stolon.

Dengan cara tersebut mampu menekan biaya produksi hingga hanya Rp 2-3 juta/lahan. Padahal sebelumnya petani harus merogoh kantong hingga Rp 10-14 juta/ton benih umbi. Artinya petani bisa menghemat biaya sampai Rp 10 juta.

Teknologi stek ini bisa dilakukan petani dalam menyediakan bibit kentang. Aplikasi teknologi hanya memerlukan perlakuan lahan semai dengan mikroba dan pemberian hormon atau ZPT tertentu, sehingga tingkat keberhasilan pembuatan stek bibit mendekati 100%.

Aplikasi teknologi pada lahan semai bisa dilanjutkan pada lahan usaha tani agar diperoleh tingkat pertumbuhan tanaman yang optimal. Dengan demikian akan berdampak langsung terhadap pengurangan pemakaian pestisida. Apalagi bila dalam aplikasi pestisida juga memakai teknologi penunjang, berupa cairan penembus (cukup 3-5 tetes per 1 tangki 14 liter). Cairan ini membantu meratakan larutan pestisida ke seluruh permukaan tanaman dan mengurangi dosis pestisida.

Pemakaian cairan penembus juga akan mengurangi pemakaian perekat. Dengan menembusnya pestisida ke dalam jaringan tanaman, tingkat/interval penyemprotan pestisida juga bisa dikurangi dari tiga hari sekali bisa hanya 7-10 hari sekali.

Dampak yang bisa dirasakan petani adalah menurunnya biaya produksi yang cukup signifikan. Dengan demikian, jika saat panen terjadi penurunan nilai jual, maka petani sebagai pelaku usaha diharapkan masih bisa memperoleh keuntungan yang cukup. Apalagi jika harga jual saat panen tinggi, tentunya keuntungan petani makin tinggi.

Teknologi stek pucuk, stek batang juga bisa dilakukan pada tanaman lainnya seperti cabe, tomat, terong dan tanaman sayuran lainnya. Dengan teknologi sederhana tersebut diharapkan kesejahteraan petani meningkat. Selanjutnya, penyelamatan lahan pertanian dapat diwujudkan. Pemakaian pestisida juga berkurangm sehingga aman bagi konsumen. Imam Taufiq (THL TBPP BPP Wonosobo)/Yul

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

Perbandingan Pemakaian Bibit Umbi dan Stek

NO

URAIAN

UMBI

STEK

1

Bibit siap tanam pada umur

30 hari

10 hari

2

Mulai terbentuk umbi

25 hari

40 hari

3

Umur panen rata-rata

110 hari

90 – 100 hari

4

Jumlah umbi per tanaman

5-10 umbi

10-20 umbi

5

Index Pertanaman

2,5

3 - 4

6

Perbandingan benih:hasil

1:7

1:15

7

Teknologi pemupukan

tradisional

Organik, zpt, terpadu

8

Aplikasi di tingkat petani

Sudah biasa

Pelatihan 1 kali sdh bisa

Editor : Julianto

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018