Lahan pasang surut selama ini dianggap sebagai lahan marjinal, sehingga banyak orang pesimis untuk pengembangan pertanian. Tapi kini potensi lahan marjinal tersebut memberikan harapan besar. Salah satunya untuk pengembangan kawasan hortikultura jeruk.
Jeruk lahan pasang surut adalah jeruk yang memiliki ciri khas. Selain rasanya manis dan menyegarkan, juga memiliki ketahanan terhadap cekaman kemasaman tanah yang tinggi maupun kelebihan air.
Salah satu jeruk lahan pasang surut yang terkenal adalah jeruk siam Banjar. Jeruk ini sudah lama dibudidayakan di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Salah satu sentra jeruk manis Siam Banjar ada di Desa Sungai Kambat, Kecamatan Cerbon, Kabupaten Barito Kuala.
Salah seorang pemuda tani yang sukses mengembangkan jeruk siam Banjar adalah Umar Dani. Dengan luas lahan pasang surut sekitar 10 hektar (ha), Umar secara khusus bertanam jeruk Siam Banjar. Di lahan tersebut dia sekaligus melakukan penangkaran dan pembibitan.
“Membudidayakan jeruk Siam Banjar di lahan rawa pasang surut tidak sulit asalkan tekun, rajin, disiplin dan serius, maka akan sukses,” kata Umar. Cara budidaya jeruk Siam Banjar, kata ayah dua anak ini tidak jauh berbeda dengan budidaya jeruk jenis lainnya. Perbedaannya dipersiapkan lahan dan pengolahan tanah karena diusahakan di lahan pasang surut. Kini hasil produksi tanaman jeruk Siam milik Umar rata-rata 10 ton/tahun.
Umar mengingatkan, dalam budidaya jeruk Siam Banjar ini hama penyakit yang perlu diwaspadai adalah CVPD (citrus vein phloem degeneration). Hama penyakit ini pernah menyerang lahannya, meski kuantitasnya tidak besar. Ciri-ciri tanaman jeruk terserang CVPD, kata Umar, menyerupai kekurangan unsur hara, yaitu belang-belang pada daun, tulang-tulang tampak lebih menonjol, buah kuning tidak merata dan bentuk buah tidak simetris.
“Saya mengendalikan dengan memangkas ranting cabang yang terserang dan juga dengan melakukan pemupukan berimbang. Untuk pencegahannya dapat dilakukan dengan memilih bibit yang bebas dari CVPD,” katanya. Dengan cara itu, tanaman jeruk milik Umar kini jarang terserang hama maupun penyakit.
Umar menjelaskan, jeruk Siam Banjar dapat dipanen pada umur 6-8 bulan setelah bunganya mekar. Ciri-ciri fisik buah siap panen adalah kulit buahnya kekuning-kuningan, buah tidak terlampau keras jika dipegang, bagian bawah buahnya agak empuk. Bila disentil dengan jari tidak berbunyi nyaring. “Pemetikan buah sebaiknya menggunakan gunting pangkas. Waktu pemetikan yang tepat sekitar pukul 8 atau 9 pagi,” ujarnya menyarankan.
Dalam pemasaran hasil panennya, Umar mengaku sangat mudah. Biasanya pembeli datang langsung ke kebun. Dia menjual dengan harga Rp 3.000/kg. Namun oleh pedagang jeruk tersebut dikirim lagi ke pembeli di Pulau Jawa dan wilayah Kalimantan lainnya, khususnya Kalimantan Tengah. “Saya berharap jeruk Siam Banjar ini dapat dikembangkan juga di daerah lain,” ujarnya. Wiwik Rahayu (PPL Palangka Raya)/Yul
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
Editor : Julianto