Bawang merah sudah merupakan kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Tak bisa lagi pemenuhan kebutuhan bawang merah hanya mengandalkan pasokan dari sentra produksi Brebes yang jumlahnya terbatas dan di bulan-bulan tertentu hasil panennya menurun.
Upaya memeratakan produksi dalam ruang dan waktu dipandang pemerintah sebagai salah satu solusi untuk dapat menjaga stabilitas pasokan dan harga bawang merah di tingkat konsumen akhir yang pada akhirnya bisa menekan laju inflasi di tingkat nasional.
“Dalam ruang di sini maksudnya pengembangan tanaman bawang merah dilaksanakan di tiap kabupaten dan penanamannya juga dilakukan di luar musim agar suplainya tetap terjaga,” tegas Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Hasanuddin Ibrahim, di hadapan peserta Rakernas UPSUS 2015, belum lama berselang.
Ia berharap upaya pengembangan tanaman bawang merah benar-benar dipikirkan oleh para bupati dan kendali kegiatan langsung dipegang oleh bupati sehingga nantinya semakin banyak kabupaten yang menghasilkan bawang merah untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya sendiri bahkan bisa dipasarkan keluar kabupaten bila terdapat kelebihan produksi.
Menggunakan fasilitas pembiayaan dari APBNP 2015, Kementerian Pertanian telah mengalokasikan dana sebesar Rp 129,9 miliar untuk melaksanakan pengembangan tanaman bawang merah di 64 kabupaten dengan luas total 866 hektar.
Bantu Teknologi
Pengembangan pertanaman bawang merah di 27 provinsi tersebut dengan sasaran produksi mencapai 8.850 ton dengan produktivitas 10,2 ton per hektar. “Di samping dukungan dana, kami juga akan bantu dalam hal teknologi budidayanya,” kata Hasanuddin Ibrahim.
Siklus penanaman bawang merah, menurut Dirjen, sangat singkat yakni hanya selama dua bulan, tetapi di saat-saat tertentu seperti di bulan-bulan yang curah hujannya tinggi tidak bisa lagi lahan diusahakan untuk tanaman bawang karena bisa berdampak gagal panen. “Seperti di Brebes, pada bulan 10 tak bisa lagi petani menanam bawang merah karena sudah mulai banyak hujan,” jelasnya.
Memperhatikan kendala cuaca tersebut maka Kementerian Pertanian sejauh ini telah mengembangkan teknologi budidaya khusus untuk di luar musim tanam. Antara lain yang sudah mulai diaplikasikan adalah teknologi irigasi “spray hose”
Di samping teknologi yang dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian Kementan tersebut sejauh ini petani masih memiliki pilihan teknologi lain yang dikembangkan oleh perguruan tinggi mengingat perguruan tinggi juga sudah cukup banyak melaksanakan penelitian terkait teknologi budidaya bawang merah di luar musim.
“Kami juga tentunya tak berhenti untuk mengajak petani lebih meningkatkan penggunaan pestisida biologi dalam upaya menekan penggunaan pestisida kimiawi yang berlebihan di pertanaman bawang merah,” tutur Dirjen Hortikultura.
Guna mendukung upaya pemerataan produksi bawang merah ke banyak kabupaten, pemerintah juga melaksanakan program kegiatan penumbuhan penangkar benih bawang merah di 25 povinsi mencakup 40 kabupaten/kota. Melalui program ini sebanyak 40 kelompok petani/penangkar diberikan bantuan berupa gudang benih, alat pengolah tanah benih sumber bawang merah. Ira
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
Editor : Julianto