Selasa, 20 Mei 2025


Kebakaran Hutan dan Lahan pada Agustus 2020 Menurun

26 Agu 2020, 10:55 WIBEditor : Indarto

Kebakaran lahan

Periode 1 Januari-24 Agustu 2020, jumlah hot spot yang terdeteksi sebanyak 1.261 titik, atau mengalami penurunan sebanyak 4.063 titik (76,31 persen), dibanding periode yang sama tahun 2019 sebanyak 5.324 titik.

 

 

 

 

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta-----Kebakaran hutan dan lahan (Karhutlah) berdampak besar terhadap kegiatan ekonomi masyarakat, kesehatan dan lingkungan. Guna mengantisipasi Karhutlah, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjen Perkebunan bersama , pelaku usaha, masyarakat, kementerian dan instansi terkait terus melakukan tindakan preventif. Berkat kerjasama para pihak, kebakaran hutan dan lahan per Agustus 2020 jauh berkurang dibandingkan tahun sebelumnya.

Direktur Perlindungan Perkebunan Kementan, Ardi Praptono mengatakan, yang rawan kebakaran di musim kemarau adalah lahan dan kebun. “Karena itu, kami bersama petugas di lapangan melakukan pemantauan di enam sentra perkebunan sawit. Diantaranya di Riau, Sumatera Utara dan Kalimantan Barat,” kata Ardi dalam Webinar bertajuk “Persiapan Industri Sawit Hadapi Karhutlah di Tengah Pandemi Covid 19”, di Jakarta, Rabu (26/8).

Menurut Ardi, sesuai dari Satelit Terra/Aqua (NASA),  periode 1 Januari-24 Agustu 2020, jumlah hot spot yang terdeteksi sebanyak 1.261 titik, atau mengalami penurunan sebanyak  4.063 titik (76,31 persen), dibanding  periode yang sama tahun 2019  sebanyak 5.324 titik. Kebakaran lahan dan hutan pada Agustus jauh berkurang, salah satunya disebabkan dari kesadaran dan peran pemerintah kabupaten (Pemkab), pemerintah provinsi (Pemprov), perusahaan dan masyarakat dalam melakukan antisipasi.

“ Kami harapkan, dengan kesadaran dan kearifan masyarakat dalam menjaga lingkungan dan hutan, ancaman kebakaran semakin menurun,” ujarnya.

Ardi juga menyebutkan, sesuai laporan Dinas Perkebunan Provinsi dan perusahaan perkebunan, sampai Agustus 2020, telah terjadi kebakaran perkebunan di lahan seluas 1.396 ha. Dari laporan tersebut, terdiri dari 71,61 ha (perusahaan) dan 1.324,38 ha (kebun masyarakat).

Namun, dari laporan tersebut, lanjut Ardi, tak spesifik kebun sawit. “Laporannya tak spesifik kebun sawit. Tapi, berupa lahan perkebunan yang dilaporkan dari dinas terkait. Kebakaran yang terjadi sudah diantisipasi,” ujarnya.

Menurut Ardi, dari laporan tersebut yang paling luas terjadi di Riau. Guna mengelimir kebakaran, Brigade Kebakaran di Riau bersama kelompok masyarakat telah melakukan pengendalian,

Ardi menyebutkan, luas kebun sawit saat ini 16,3 juta ha. Kebun sawit yang dinilai masih rawan kebakaran perlu diantisipasi sejak dini. Dari luasan kebun sawit tersebut, Provinsi Riau merupakan areal sawit terluas  (20,68 persen). Kemudian disusul, Sumatera Utara (12,69 persen) Kalimantan Barat (11,03 persen) Kalimantan Tengah (10,86 persen), Sumatera Selatan (8,96 persen), dan Kalimantan Timur (7,86 persen).

 “Di sentra-sentra kebun sawit ini, kami lakukan sosialisasi regulasi. Khususnya pengelolaan perkebunan tanpa bakar lahan. Kami bersama masyarakat juga lakukan pencegahan sejak dini, dan memberi bantuan benih, pupuk dan sarana produksi lainnya ke masyarakat sekitar kawasan perkebunan,” pungkasnya.

 

Reporter : Dimas/Humas Ditjen Perkebunan
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018