Komoditas pala
TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta--- Sejak dahulu kala, komoditas rempah Indonesia menjadi incaran berbagai negara. Bahkan, di saat pendemi covid 19, ekspor komoditas rempah ke sejumlah negara tak mengalami perlambatan. Ekspor komoditas rempah seperti lada, pala dan cengkeh tercatat mengalami kenaikan dibanding tahun 2019.
Ekspor komoditas rempah Indonesia umumnya ditujukan ke sejumlah negara. Seperti, negara-negara di Uni Eropa. Belanda, Perancis, Jerman, Belgia, Italia, Spanyol dan Yunani adalah negara-negara tujuan ekspor komoditas hasil perkebunan yang banyak dikelola petani kecil.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono mengatakan, peningkatan ekpor komoditas rempah tak lepas dari upaya pemerintah dalam perundingan Indonesia dengan European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU CEPA). Mengingat, Uni Eropa merupakan salah satu Kawasan yang menjadi mitra perdagangan penting bagi Indonesia.
"Walaupun ditengah pandemi, ekspor komoditas perkebunan, terutama rempah, ke Uni Eropa cukup berkontribusi menyumbang devisa negara," ujar Kasdi, di Jakarta, Senin (28/9).
Menurut Kasdi, kinerja ekspor rempah ke Uni Eropa menunjukkan perkembangan yang positif. Dari data BPS yang diolah Ditjen Perkebunan, selama periode Januari - April tahun 2020, ekspor lada tercatat sebanyak 1,69 juta ton denga nilai sebesar 5,75 juta dolar AS. Ekspor lada ini meningkat dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2019 sebanyak 1,32 juta ton dengan nilai sebesar 5,13 juta dolar AS.
Sementara ekspor komoditas pala meskipun mengalami penurunan volume dari 1,37 juta ton pada tahun 2019 menjadi 1,37 juta ton pada tahun 2020, namun nilainya mengalami kenaikan dari 10,79 juta menjadi 12,6 juta dolar AS. Demikian pula dengan cengkeh yang mengalami kenaikan volume dari 300,8 ribu ton pada tahun 2019 menjadi 380,8 ribu ton pada tahun 2020.
Kasdi mengatakan, peningkatan ekspor rempah tersebut, tak lepas dari upaya Ditjen Perkebunan memenuhi target peningkatan ekspor tiga kali lipat (Gratieks) pada tahun 2024 seperti yang telah dicanangkan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo. Sehingga, Ditjen Perkebunan mendorong akselerasi peningkatan ekspor komoditas perkebunan seperti yang ditargetkan Menteri Pertanian (Mentan).
“ Melalui gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks), kita dorong peningkatan ekspor melalui berbagai kebijakan dalam peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing," ujarnya.
Di tempat terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi mengatakan, peningkatan akses pasar komoditas perkebunan terutama rempah ke Uni Eropa cukup terbuka lebar di tengah peningkatan skala perundingan Indonesia-EU CEPA. Kesepakatan-kesepakatan yang akan dijalankan dalam perundingan tersebut adalah terkait akses pasar perdagangan barang dan jasa, kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, serta regulasi teknis di bidang sanitari dan fitosanitasi (SPS).
Dedi juga mengatakan, dalam perundingan tersebut juga dibahas regulasi teknis di bidang hambatan teknis perdagangan (Technical Barriers to Trade/TBT), dan pengadaan pemerintah.
“ Juga dibahas terkait hak kekayaan tntelektual dan semacamnya, persaingan usaha, transparansi kebijakan, penyelesaian sengketa, serta perdagangan dan pembangunan yang berkelanjutan,” pungkas Dedi.