Senin, 14 Oktober 2024


Aplikasi Pertanian Konservasi di Kawasan Perkebunan

06 Okt 2020, 11:44 WIBEditor : Indarto

Aplikasi sistem perkebunan konservasi | Sumber Foto:Dok. Humas Ditjenbun

Penerapan sistem pertanian konservasi ini dilaksanakan pada wilayah perkebunan termasuk lahan kritis, lahan gambut, kawasan hulu pada Daerah Aliran Sungai (DAS) .

 

 

TABLOIDSINARTANI.COM, Lumajang--- Perubahan iklim yang terjadi saat ini berdampak serius pada sektor pertanian. Bahkan,  terjadinya peningkatan frekuensi iklim ekstrim dapat menimbulkan risiko terhadap produktivitas dan mutu hasil pertanian, termasuk sub sektor perkebunan.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, dalam menghadapi perubahan iklim  Kementerian Pertanian (Kementan) agar lebih giat dan sigap dalam penerapan teknologi pada sektor pertanian. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya melakukan adaptasi, antisipasi dan mitigasi musim tahun 2020, sehingga ketersediaan komoditas dan produktifitas tetap aman dan terjaga.

Terkait imbauan Kementan tersebut, Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan, pun mendorong para pekebun untuk menerapkan sistem pertanian konservasi. Sistem ini diharapkan mampu membantu petani atau pekebun dalam menghadapi perubahan iklim.

"Penerapan sistem pertanian konservasi ini dilaksanakan pada wilayah perkebunan termasuk lahan kritis, lahan gambut, kawasan hulu pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan pengembangan perkebunan di kawasan penyangga sesuai kaidah konservasi lahan dan air," papar  Kepala Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya, Kresno Suharto, di Lumajang, Jawa Timur (Jatim), Selasa (6/10).

Kresno mengungkapkan, untuk menghadapi perubahan iklim pihaknya telah melakukan beberapa kegiatan. Diantaranya, penerapan paket teknologi ramah lingkungan, peningkatan pemanfaatan pupuk organik, pestisida nabati, agens pengendali hayati serta teknologi pemanfaatan limbah usaha perkebunan yang ramah lingkungan.

Menurut Kresno, pihaknya juga melakukan kegiatan kampanye peran perkebunan dalam kontribusi penyerapan karbon, penyedia oksigen, dan peningkatan peran serta fungsi hidrologis, dan  penerapan pembukaan lahan tanpa bakar.

“ Kami juga lakukan rehabilitasi kebun dan penyesuaian kebutuhan tanaman pelindung bagi komoditi tertentu yang membutuhkan dan penerapan teknik budidaya yang baik (Good Agricultural Practices-GAP),” ujarnya.

Perkebunan Konservasi di Lumajang

Menurut Kresno, sejak Maret 2020, BBPPTP Surabaya telah menerapkan sistem pertanian konservasi di beberapa daerah. Diantaranya, di Kabupaten Lumajang, tepatnya di Desa Tamanau, Kecamatan Pronojiwo.  Aplikasi pertanian konservasi telah diterapkan mulai Agustus oleh Kelompok Tani Langgeng Tani II.

Kresno Suharto, dalam kunjungan untuk meninjau pelaksanaan kegiatan di kawasan pertanian (perkebunan) konservasi tersebut pada  (27/8) lalu menyebutkan , tahapan pelaksanakannya dimulai dengan kegiatan sosialiasi kepada stakeholder perkebunan.

“ Jadi, untuk memulainya, masyarakap perlu memahami pentingnya antisipasi perubahan iklim.  Dengan begitu, pembangunan perkebunan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan dan produktivitas dapat dipertahankan sehingga mampu mengurangi kehilangan hasil akibat dampak perubahan iklim,” kata Kresno.

Menurut Kresno, untuk mendukung kegiatan pertanian konservasi, pemerintah memberikan bantuan kepada kelompok tani/masyarakat pekebunan. Bantuan yang diberikan,  berupa pembangunan kandang ternak, ternak rumah kompos dan embung serta pembinaan teknis terkait budidaya kopi hingga pasca panen.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Perlindungan Perkebunan Ardi Praptono, memberikan apreasiasi kepada kelompok tani yang telah melaksanakan kegiatan dengan baik. "Saya semakin yakin jika kelompok tani telah sigap menghadapi perubahan iklim ini maka risiko kegagalan panen bisa diantisipasi dan produktivitas tetap terjaga,” kata Ardi Praptono.

Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan, lanjut Ardi, juga memberikan bantuan kepada Kelompok Tani Langgeng Tani II, berupa ternak 25 ekor, kandang ternak, rumah kompos, pembangunan embung, peralatan pertanian kecil dan alat pengolah pupuk organic (APPO).

Sekretaris Kelompok Tani Langgeng Tani II, Mustofa mengatakan,sangat bersyukur adanya bantuan dari Ditjen Perkebunan. Melalui bantuan ini  kelompok taninya bertekad untuk lebih giat lagi dalam mengelola kebun kopi,  sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat/petani.

Sedangkan, ternak yang diberikan Ditjen Perkebunan akan dikelola dengan baik sehingga dapat menambah kas kelompok tani. Kotoran kambingnya nanti  akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan pupuk  tanam kopi.

“Kami juga akan memanfaatkan embung untuk budidaya ikan,  sehingga nanti dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar,” ujar Mustofa.

 

 

 

 

Reporter : Dimas/Humas Ditjen Perkebunan
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018