Tanaman tembakau dan waluh menjadi satu di Jombang
TABLOIDSINARTANI.COM, Jombang---Integrasi tanaman kini menjadi cara petani untuk memanfaatkan keterbatasan lahan dan mendapatkan penghasilan tambahan. Meski kadang apa yang dilakukan petani diluar kebiasaan.
Seperti Kelompok tani (Poktan) Gondang, di Dusun Gondang, Desa Sumbergondang, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, yang mengintegrasikan tanaman tembakau dan labu kuning (waluh). Saat musim hujan, petani yang tergabung Poktan Gondang, membudidayakan padi. Sedangkan pada musim kemarau petani menanam tembakau dan jagung. Namun tahun ini beberapa petani mencoba sistem tumpangsari tembakau dan waluh.
Tembakau merupakan tanaman utama saat MK I. Terdapat beberapa spesies yang ada diantaranya adalah Nicotiana tabacum. Varietas tembakau yang ditanam petani mayoritas jenis Rejeb dan ada sebagian kecil menanam jinten.
Sedangkan budidaya labu kuning (waluh) termasuk komoditas kedua. Tanaman ini termasuk dalam famili cucurbitaceae yang tumbuhnya menjalar/merambat serta memiliki daun yang berukuran besar dan berbulu. Batangnya berbentuk segi lima yang kuat dan berbulu agak tajam, bunganya berwarna kuning dan berbentuk seperti corong/ lonceng.
Sedangkan bentuk buahnya bermacam-macam, ada yang bulat pipih, lonjong atau memanjang dengan alur yang berjumlah sekitar 15-30 alur. Buah muda berwarna hijau sedangkan bila sudah tua buahnya berwarna kuning jingga/orange, rasanya manis dan lembut / lunak.
Menurut Ketua Poktan Gondang, Jayadi, cara budidaya yang petani lakukan adalah dengan menanam tanaman tembakau terlebih dahulu. Kemudian waluh di tanam dengan jarak 20-30 hari setelah tembakau ditanam.
Tembakau ditanam di atas bedengan/guludan. Begitupun juga tanaman waluh ditanam di atas guludan, namun agak ke tepi/pinggir. Biji waluh ditugal diantara 2 tanaman tembakau dengan jarak sekitar 120 cm dalam setiap barisnya. “Namun tidak semua gulud ditanami waluh,” ujarnya.
Jayadi menambahkan, tumpangsari antara tembakau dan waluh ini sebetulnya sudah beberapa kali dilakukan. Awalnya hanya ada beberapa petani yang melakukan. Namun sekarang sudah mulai banyak petani yang turut mengikuti. “Saat kondisi seperti ini ketika harga tembakau kurang bagus, masih bisa ditutupi dengan panen waluh dengan harga yang masih bagus,” ujarnya.
Deny Murtanti, PPL BPP Kabuh mengatakan, peran penyuluh dalam pendampingan dan pengawalan program kegiatan pertanian tentu sangat dibutuhkan petani. Giat sistem tanam tumpangsari seperti ini jika memang memberikan nilai yang lebih baik bagi petani, maka bisa disebarluaskan ke petani lain.
“Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan Penyuluh di BPP Kabuh dalam mendukung program Kostratani adalah kunjungan/ anjangsana ke wilayah binaan masing-masing,” katanya.
Denny berharap, ke depan Dinas Pertanian atau BPP hendaknya bisa turut ambil bagian dalam kegiatan budidaya tumpangsari tembakau dan waluh ini. Namun demikian, perlu kajian budidaya tumpangsasi tembakau waluh.
Pertama, dampak produksinya. Kedua, kajian terhadap dampak hama dan penyakitnya. Ketiga, karena minat petani terhadap tumpang sari tembakau waluh semakin meningkat perlu juga dipikirkan tentang hilirisasi komoditi waluh.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam berbagai kesempatan sektor pertanian di masa mendatang tidak bisa diolah dengan cara yang biasa. Namun harus dikerjakan dengan cara yang serba maju, serba baru dan lebih modern.
"Minimal dengan terjadinya Covid-19 ini kita semakin menyadari bahwa pertanian tidak boleh lagi diolah dengan cara yang biasa. Harus ada inovasi dan ide-ide kreatif dalam mengelola pertanian," katanya.
Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, Kostratani menjadi pusat pembelajaran, konsultasi agribisnis, termasuk juga pusat pengembangan jejaring kemitraan.
“BPP Kostratani mendukung gerakan pembangunan pertanian yang dilakukan dengan berbagai cara. Seperti pendampingan dan pengawalan gerakan pembangunan pertanian,” ujar Dedi.