TABLOIDSINARTANI.COM, Surabaya---Kementerian Pertanian menargetkan kebutuhan gula konsumsi dapat terpenuhi pada tahun 2023. Untuk mencapai target tersebut perlu tata kelola dan identifikasi benih tebu bermutu.
Seperti diketahui untuk mencapai swasembada gula, pemeirntah telah membuat strategi yang bakal ditempuh. Antara lain dengan memperluas area perkebunan tebu, meremajakan tanaman, mendorong adanya investasi baru untuk pembangunan pabrik gula baru, juga perbaikan tatakelola benih tebu yang memiliki peranan cukup penting.
“Perlu adanya identifikasi benih tebu yang bermutu dan dapat digunakan pada skala besar, juga memanfaatkakn hasil riset dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Badan Litbang Pertanian tentang varietas bibit tebu baru yang potensial untuk dikembangkan,” kata Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian, Bambang, saat Focus Group Discussion (FGD) Perbaikan Tata Kelola Perbenihan Tebu untuk Memenuhi Kebutuhan Gula Nasional di Surabaya, Kamis (29/4).
Lebih lanjut, Bambang mengungkapkan, lahan tebu yang saat ini seluas 420.000 ha untuk pengembangan tebu masih belum optimal dimanfaatkan, terutama untuk peningkatan produktivitas. Untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, Bambang memastikan pihaknya akan melakukan pengawalan program secara optimal yaitu lebih pada quality assurance atau penjamin mutu.
Dengan pengawalan diharapkan mampu memberikan added value atau nilai tambah pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai mitra kerja untuk mewujudkan program pemenuhan gula nasional.
Sementara itu, Inspektur III Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Fuadi mengungkapkan, neraca gula nasional menunjukan kebutuhan gula setiap tahunnya terus bertambah. Namun di sisi lain produksinya mengalami penurunan, hingga terjadi defisit 2,7 persen dan berakibat impor gula.
“Setidaknya diperlukan lahan seluas 735.000 ha untuk mencapai kebutuhan gula nasional dengan produksi 5,9 juta ton dan rendemen 8 persen. Saat ini lahan yang tersedia hanya ada 456.000 ha, dengan kondisi lahan di pulau jawa yang terus menyusut,” ungkap Fuadi.
Sementara itu Direktur Perbenihan Perkebunan, M.Saleh Mokthar yang hadir dalam FGD tersebut mengungkapkan perlunya road map tata kelola perbenihan tebu. Diantaranya, perlu ditingkatkan penangkaran benih ditahap pengembangan dan dilakukan penataan varietas berdasarkan komposisi kemasakan dan tipologi wilayah yang baik dan tepat.
Langkah yang perlu menjadi perhatian, lanjut M. Shaleh adalah dengan melakukan penyediaan benih berjenjang dan menggunakan benih asal kultur jaringan. Selain itu, penataan varietas disetiap wilayah pengembangan tebu, peningkatan pengawasan peredaran benih dan penguatan kelembagaan produsen benih tebu.
Sementara itu Prof.Dr.Ir. Sudiarso, M.S dari Universitas Brawijaya dalam kesempatan tersebut mengatakan, permasalahan pemenuhan kebutuhan gula nasional cukup banyak. Antara lain, pengembangan areal baru, penerapan pedoman budidaya tebu giling yang baik, revitalisasi PG, penguatan lembaga riset gula serta jaminan harga gula.
Selain itu, kondisi pembangunan pabrik gula baru di luar Pulau Jawa selain Lampung dan Sumatera Selatan belum menunjukan hasil yang cukup menggembirakan. “Kebijakan yang diperlukan dengan menerbitkan Perpres tentang Lembaga/Dewan Gula Nasional satu pintu juga penghimpunan dana gula (sugar fund),” ungkap dia.
Kegiatan FGD tersebut juga dihadiri Direktur Tanaman Semusin dan rempah, Hendratmojo Bagus Hudoro, Sekretaris Badan Litbang Pertanian, Haris Syahbudin, Kepala Pusat Penelitian dan pengembangan Perkebunan, Syafarudin, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Kepala BBP2TP Jombang, Auditor Utama lingkup Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian serta Pelaku usaha dan kelompok tani.