TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Dampak perubahan iklim memang menjadi tantangan tersendiri dalam dunia pertanian. Bukan hanya Indonesia, dunia pun mengalami persoalan tersebut.
Kini dunia terus mencari solusi bagaimana sektor pertanian melakukan adaptasi dan mitigasi menghadapi perubahan iklim yang kian sulit ditebak. Untuk mengetahui sejauh mana dampak perubahan iklim, Colombia University menggelar disuksi dampak perubahan iklim terhadap kopi.
Pemerhati Perkebunan, Soedjai Kartasasmita mengatakan dari hasil diskusi tersebut terungkap dampak perubahan iklim sudah mulai terasa, terutama di negara-negara yang menghasilkan kopi Arabica seperti Ethiopia dan Kenya.
Bahkan menurutnya, dampaknya terhadap nasib pemilik dan pekerja di kebun kopi cukup dahsyat, apalagi untuk para wanita. Di negara-negara tersebut kebanyakan pekerja di kebun kopi adalah wanita.
“Akibatnya banyak penduduk yang mau migrasi ke negara lain, tapi disana pun mengalami kesengsaraan yang luar biasa sampai-sampai jadi budak,” tuturnya.
Namun Soedjai mengungkapkan, dampak terhadap robusta tidak sedahsyat dampak pada kopi Arabika. Negara produsen kopi Arabika seperti Brazil dan Vietnam ternyata tidak terlalu merasakan dampak perubahan iklim.
Dari hasil diskusi tersebut menurut Soedjai, ada beberapa solusinya yang diputuskan. Pertama, pemerintah yang bersangkutan memberi subsidi untuk kopi.
Kedua, peningkatan R&D untuk menemukan varietas baru. Misalnya, di Kenya dan Siera Leone atas dasar seleksi sudah ditemukan dua varietas baru yang tahan terhadap perubahan iklim.
“Hari depan kopi kalau tidak diambil langkah-langkah cukup mengerikan,” kata Soedjai. Beberapa langkah yang harus diambil menurutnya, kolaborasi antar negara produsen kopi bisa memberikan solusi, pendidikan SDM juga mutlak perlu dalam kaitan ini Kenya sudah mendirikan climate change academy.
Selain itu, digalakkan juga pendidikan melalui aplikasi di hand phone. Namun untuk Indonesia, Soedjai mengakui tidak banyak disebut-sebut, karena kurangnya informasi mengenai negara kita.