Sleman - Di lereng Gunung Merapi banyak tumbuh pohon kelengkeng yang buahnya melimpah. Namun, serangan codot membuat hasil panen menjadi minim. Biasanya, jika tidak diserang hama, dalam satu lahan pohon kelengkeng bisa menghasilkan 2-3 ton hasil panen.
"Banyak codot yang menyerang dan memakan buah kelengkeng pada malam hari," kata Sri Nguwati, 45 tahun, salah satu petani pohon kelengkeng di Hargobinangun Pakem, Sleman, Kamis, 7 Maret 2013.
Masyarakat di lereng Gunung Merapi itu sudah sejak lama berbudi daya pohon kelengkeng jenis lokal. Pasarannya cukup bagus karena rasanya manis dan sangat berbeda dengan kelengkeng impor asal Thailand.
Dibandingkan hasil panen pada tahun lalu, panen kelengkeng lokal sangat berkurang. Jika pada tahun lalu hasil satu pohon mencapai Rp 800 ribu, kini hanya mencapai kurang dari Rp 700 ribu.
Nguwati menjelaskan, para petani memasang
brongsong(semacam anyaman bambu untuk melindungi buah) untuk mengusir codot. Sayangnya, tidak semua buah bisa tertutupi dengan
brongsong karena beberapa tangkai yang berbuah berada di pucuk pohoon. "Buah kelengkeng harus masak di pohon, tidak bisa diperam," kata dia.
Menurut Kepala Desa Hargobinangun Pakem, Bejo Wiryanto, pohon kelengkeng banyak ditanam untuk memenuhi kebutuhan buah lokal di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada beberapa jenis kelengkeng lokal yang ditanam, biasanya disebut
itoh, kristalin, dan
diamond river.
Terdapat dua dusun dan beberapa lahan milik desa yang ditanami pohon kelengkeng, yakni Banteng dan Ngipiksari. Namun, di pekarangan, warga juga banyak menanam pohon yang buahnya bulat sebesar kelereng itu. Rata-rata dalam dua tahun warga bisa panen sebanyak tiga kali.
Pihak desa sudah mengajukan kerja sama dengan kementerian terkait untuk pengembangan budi daya pohon kelengkeng di lereng Merapi. "Ada lahan milik desa yang luasnya mencapai 2,5 hektar dan siap ditanami pohon kelengkeng. Program ini akan berjalan mulai 2014," kata Bejo.
Ia berharap, jika digalakkan penanaman pohon kelengkeng dengan berbagai varitas dan teknik penanaman yang benar, komoditas ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan membantu ekonomi petani. Selain di Kecamatan Pakem, pohon kelengkeng juga dikembangkan di kecamatan Cangkringan. Hingga awal 2013 ini sudah ditanam sebanyak 1.200 pohon kelengkeng lokal jenis
itoh, yakni di Kinahrejo, Pangukrejo (Umbulharjo) dan Petung (Kepuharjo).
MUH SYAIFULLAH