TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Pemilihan varietas unggul menjadi kunci intensifikasi sawit untuk meningkatkan produktivitas. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) memiliki banyak varietas unggul yang sudah dirilis sejak 1984-2017 silam.
Tidak semua varietas sawit milik sumber benih cukup familiar di telinga pekebun sawit. Mungkin tidak banyak yang menyadari jika saat ini Indonesia telah memiliki 35 jenis kelapa sawit. Namun ada jenis varietas yang cukup populer. Bahkan lebih dikenal dari sumber benihnya sendiri, yakni sawit jenis Marihat dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Berdasarkan data dari PPKS Medan varietas Marihat memiliki potensi produksi 12 tandan per tahun dengan berat tandan 17 kg untuk setiap pohon. Dengan potensi minyak 6,7 ton/ha/tahun. Menariknya tanaman ini sudah berbuah sejak umur 14 – 18 bulan dan sudah dapat dipanen setelah umur 30 bulan.
Selain Marihat, PPKS sebenarnya sudah merilis banyak varietas unggul sawit sejak tahun 1984 hingga 2017. "Meskipun dari 1984, varietas Sungai Pancur 1 (Var. Dumpy) masih digemari juga pekebun sawit," sebut Peneliti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Ratnawati Nurkhoiry M.Si dalam webinar "Mendorong Realisasi PSR" yang digelar Tabloid Sinar Tani bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Rabu (09/03).
Untuk diketahui, Varietas DyP Sungai Pancur I (SP-I) atau yang lebih dikenal sebagai Varietas Dumpy, merupakan varietas dengan keunggulan spesifik laju pertumbuhan meninggi yang lambat ( kurang dari 55 cm/tahun). Dengan karakter ini, Varietas Dumpy mampu mencapai umur ekonomi hingga 30 tahun atau lebih lama dari varietas lain.
Selain pertumbuhan yang lambat, Dumpy juga mempunyai keragaan batang yang relatif besar, sehingga cocok di tanam di lahan pasang surut untuk mengurangi potensi rebah dan doyong. Varietas Dumpy ini sesungguhnya adalah hasil persilangan antara Dura Dumpy dan Psifera turunan SP540. Dura Dumpy merupakan mutan dari Dura Deli yang diintroduksi dari Elmina, Malaysia dan hanya dimiliki oleh Pusat penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Tenera
Hampir sebagian besar tanaman kelapa sawit unggul untuk kepentingan komersial adalah berjenis Tenera (DxP). Dimana jenis tersebut dihasilkan dengan menyilangkan Dura dan Psifera. Sawit tenera dianggap sebagai jenis sawit terbaik karena setiap buah bisa menghasilkan kuantitas minyak yang besar (yang terkandung dalam mesocarp (daging sawit yang berwarna kuning). Sawit jenis ini menghasilkan jumlah tandan buah yang sangat banyak. Karenanya, di tahun 1985, PPKS merilis varietas DxP Bah Jambi, DxP Dolok Sinumbah, DxP Marihat, DxP Avros, DxP Yangambi dan DxP La Me.
Tahun 2003, PPKS memiliki varietas DxP Langkat (potensi CPO hingga 8,3 ton/ha/tahun) yang cocok ditanam di areal bergelombang dan berbukit. Varietas ini juga dapat mulai berbuah pada umur 22 bulan setelah tanam.
Varietas lainnya adalah DxP Simalungun yang tergolong quick starter dan prosentase mesokarp (lapisan tengah buah sawit yang tebal, berserabut, banyak mengandung minyak) per buah cukup tinggi. Dengan adaptasi yang cukup luas, varietas ini dapat ditanam di berbagai tipe lahan baik wilayah datar maupun bergelombang.
Di tahun 2007, PPKS merilis varietas DxP PPKS 540 dengan keunggulan seperti DxP Simalungun karena termasuk kelompok SP 540 yakni varietas yang dihasilkan dari tetua Pisifera turunan 540 murni yang hanya dimiliki oleh PPKS. Selain itu, di tahun 2007 PPKS juga menghasilkan varietas DxP PPKS 718 yang memiliki keunggulan bobot tandan relatif besar, kandungan rendemen minyak dan mesokarp jauh lebih tinggi dari varietas kelompok lainnya.
Untuk tahun 2010, dihasilkan varietas DxP PPKS 239 yang memiliki tandan yang besar juga memiliki potensi produksi CPO dan PKO yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya dari kelompok Yangambi. Varietas ini cocok dikembangkan untuk industri pangan maupun non pangan.
Pada tahun 2017, dihasilkan DxP 540 NG dimana memiliki memiliki rata-rata produksi 28,1 ton/ha/tahun dengan bobot tandan rata-rata 15,4 kg untuk tanaman 6- 9 tahun. Sementara potensi CPO bisa mencapai 7,53 – 8,1 ton per ha per tahun. Hal yang menarik adalah mesokarp per buah bisa mencapai 84,5 % - 87,5 persen. Dengan ketebalan cangkang sedang. Sementara keunggulan lainnya D x P 540 NG moderat tahan ganoderma.
Kehadiran varietas ini diharapkan tidak saja memberikan manfaat bagi pekebun melalui kandungan minyaknya yang tinggi. Juga melalui ketahanan terhadap ganoderma mengingat saat ini sebagaian besar perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah dan akan memasuki siklus kedua, pada masa dimana serangan ganoderma mulai dijumpai.