MoU petani dan pengusaha di Jambi
TABLOIDSINARTANI.COM, Jambi--- Pinang dan Kopi Jambi menjadi komoditas lokal yang kian diminati pasar global. Pinang Betara dan Kopi Kerinci sudah banyak dikenal di mata dunia.
Karena itu, Pemerintah Propinsi Jambi terus mendorong kedua komoditas eksotik tersebut. Dalam pengembangan pinang di Jambi saat ini sudah tersedia benih unggul yang membuat pekebun untung yaitu Pinang Betara.
Pinang Betara merupakan benih yang telah ditetapkan Kementerian Pertanian sebagai varietas unggul nasional, sehingga layak digunakan secara luas oleh masyarakat untuk pengembangan, tentunya dengan GAP yang dipersyaratkan.
“Awalnya varietas ini merupakan varietas unggul lokal milik Provinsi Jambi," kata Kepala Dinas Perkebunan Prov. Jambi, Agus Rizal saat pertemuan Capacity Building Petani dan Business Matching Pelaku Ekspor Perkebunan di Jambi.
Kegiatan yang bertema Penguatan Hilirisasi dan Akses Pasar Komoditas Kopi dan Pinang di provinsi Jambi difasilitasi Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi.
Agus Rizal menambahkan, kegiatan ini menjadi sarana sekaligus penyemangat pelaku usaha dan pekebun di Jambi. Khususnya untuk lebih memperkuat kemitraan, hilirisasi dan akses pasar komoditas unggulan perkebunan di Jambi.
"Kami jajaran Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, akan terus memperhatikan komoditas spesifik daerah seperti pinang untuk orientasi ekspor, khususnya di sentra pengembangan,” katanya.
Sentra Pinang di Jambi berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan kabupaten sentra lainnya. Di wilayah tersebut kata Agus Rizal akan difokuskan pembinaan petani pinang dan pelaku ekspornya agar terus memberikan dampak bagi peningkatan perekonomian.
Kopi Jambi
Sedangkan komoditas kopi, menurut Agus Rizal, kini sudah ekspor dari Kabupaten Kerinci. Karena itu, pihaknya akan terus didorong dalam membangun kemitraan ekspor yang berkelanjutan.
Provinsi Jambi merupakan Kawasan Nasional Pengembangan Komoditas Kopi. Bahkan dunia internasional sudah cukup mengenal taste dan karakteristik kopi Kerinci Jambi yang sudah memiliki Sertifikasi Indikasi Geografis.
Sementara itu, , Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi mengatakan, pada 2-3 tahun terakhir ini, Kementerian Pertanian melalui Ditjen. Perkebunan fokus mengembangkan sumber devisa ekspor dari komoditas spesifik daerah seperti Pinang yang ternyata sangat potensial untuk ekspor. Tentunya melalui pengembangan di hulu hingga hilir.
Di bagian hulu, kata Dedi, pemerintah menyediakan benih unggul, sarana produksi, dan perbaikan standarisasi mutu, peningkatan akses pasar, penerapan GAP dan GHP. Pemerintah juga akan terus mengintervensi daerah sentra produksi, seperti Jambi dan provinsi sentra produksi lainnya.
"Yang utama bahwa kami terus dorong dan fasilitasi terbentuknya kemitraan pemasaran yang berkelanjutan utamanya dalam menyerap produk ditingkat pekebun oleh pelaku usaha/offtaker,” katanya.
Melalui kegiatan di provinsi Jambi ini tercatat ada 2 kesepakatan kemitraan terkait pengembangan, pengelolaan dan perdagangan hasil produksi pinang betara di Kabupaten Tanjab Barat dan Tanjab Timur. Pertama, petani produsen pinang betara Kab. Tanjab Barat dengan pelaku usaha UD. Berkah Bersaudara. Kedua, petani produsen pinang betara Kab. Tanjab Timur dengan PT. PEZ, Bettel Nut Company. Selain itu, kemitraan di komoditas kopi kerinci antara petani produsen kopi arabika MPIG Koerintji dengan Koperasi Koerintji Barokah.
Dedi Junaedi mengatakan, saat ini tercatat nilai ekspor kopi Indonesia meningkat 0,9?ri sisi volume dan meningkat 3,6 persen (year on year tahun 2020 dibanding 2021). Sedangkan volume ekspor pinang meningkat 4,9%, sedangkan dari sisi nilai dan meningkat 39,3 persen (year on year tahun 2020 dibanding 2021).
"Komoditas kopi kedepan kami melihat masih akan terjadi peningkatan ekspor seiring dengan peningkatan konsumsi kopi dunia. Sedangkan untuk pinang, pasar akan terus berkembang seiring meningkatnya kebutuhan pinang untuk produk kecantikan, kesehatan dan farmasi," ujarnya.
Tantangan kedepan yang dihadapi, antara lain perbaikan standarisasi mutu produk, dan reduksi tarif bea masuk disejumlah negara tujuan ekspor. Terkait mutu, fokus penanganan GAP dan GHP ditingkat pekebun akan terus menjadi perhatian kami di Kementerian Pertanian khususnya Ditjen Perkebunan. Khusus reduksi Bea Tarif Masuk produk dapat ditempuh melalui upaya-upaya diplomasi bilateral yang akan terus didorong dengan negara tujuan ekspor.
Menurut Dedi, untuk branding produk, kegiatan promosi menjadi hal yang penting dalam memperkenalkan produk perkebunan di provinsi Jambi. Tahun 2022 ini mudah-mudahan peluang promosi dalam Odicoff (one day with Indonesia Coffee, Fruit and Floriculture) akan terlaksana secara optimal sehingga melalui promosi dapat membuka akses pasar produk untuk ekspor.
Terkait ekspor pinang, pada bulan April lalu, Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Pertanian telah melepas komoditas pinang biji untuk diekspor di pabrik CV Indokara, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi sebanyak 7 kontainer atau sekitar 126 ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp 4,07 miliar dengan tujuan Pakistan. Kementerian Pertanian mencatat ekspor komoditas pinang Jambi pada Januari-Maret 2022 sebanyak 17.174 ton dengan nilai mencapai Rp 416,4 miliar.