Jumat, 13 Juni 2025


Pacu Hilirisasi, Mentan Dorong Peremajaan Kakao

21 Mar 2023, 06:36 WIBEditor : Yulianto

Mentan SYL saat panen kakao sekaligus Supervisi Anggota BPK RI Program Kerja Kementerian Pertanian (Kementan) Tahun 2022 di Desa Konaweha Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (23/2).

TABLOIDSINARTANI.COM, Kolaka---Kementerian Pertanian akan memacu pengembangan hingga hilirisasi komoditas kakao guna mendongrak nilai ekspor. Sayangnya banyak tanaman kakao yang kian menua, sehingga perlu diremajakan.

Saat panen kakao sekaligus Supervisi Anggota BPK RI Program Kerja Kementerian Pertanian (Kementan) Tahun 2022 di Desa Konaweha Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (23/2), Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) melihat rata-rata tanaman kakao umurnya sudah di atas 15- 20 tahun, bahkan ada yang 30 tahun.

”Ini menjadi salah satu permasalahan sehingga harus ada rancangan untuk kemudian melakukan replanting dari apa yang ada dan hari ini adalah bagian- bagian dari upaya peningkatan produksi kakao kita,” kata SYL.

Bahkan menurut SYL, produktivitas rata-rata nasional kakao masih di bawah potensi. Kondisi itu terjadi karena banyak tanaman yang sudah tua, pemeliharaan yang kurang intensif, inkonsisten dalam penerapan Good Agricultural Practices (GAP), serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utama kakao, dampak perubahan iklim serta sarana produksi yang kurang memadai.

Karena itu, mantan Gubernur Sulawesi itu menganggap, pengembangan komoditas kakao secara berkelanjutan sangat penting yang disertai dengan memperkuat pembangunan hilirisasinya yang lebih baik lagi. ”Kita fokuskan saja pada hilirisasi komoditas perkebunan kita. Hilirisasi kita akan mulai setiap kabupaten sebesar 17 sampai 20 persen untuk setiap komoditas perkebunan seperti kelapa, kopi dan untuk Kolaka ini, komoditas kakao,” katanya.

SYL menilai, komoditas kakao mempuyai arti penting bagi masyarakat. Pasalnya, kakao merupakan komoditas sosial karena hampir 99 persen perkebunan kakao diusahakan rakyat yang melibatkan sekitar 1,6 juta kepala keluarga (KK).

Untuk itu, upaya-upaya pemerintah dalam perbaikan mutu biji kakao perlu dilakukan secara intensif. Diantaranya pembinaan kepada petani terkait Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Manufacturing Practices (GMP), sehingga dihasilkan biji kakao yang berkualitas baik sesuai standar maupun 4 persyaratan negara tujuan ekspor.

“Kita akan terus meningkatkan pengawasan mutu kakao dari hulu hingga hilir dengan memfasilitasi sarana prasarana pascapanen dan pengolahan beserta pengujian mutu kakao di sentra kakao secara berkala melibatkan tenaga daerah,” paparnya.

Tumpang Sari

SYL mengatakan, kakao merupakan tanaman tahunan yang membutuhkan waktu lebih dari 2 tahun untuk berbuah. Untuk itu, saat peremajaan tanaman kakao, wajib dilakukan program tumpang sari dengan tanaman lain yang umurnya lebih pendek. ”Ini guna meningkatkan pendapatan petani yang lebih bervariasi, tidak hanya mengandalkan kakao,” katanya.

Data Ditjen Perkebunan, luas areal kakao nasional tahun 2021 seluas 1.460.396 ha dengan produksi sebesar 688.210 ton biji kering dan produktivitas 0,72 ton/ha. Areal kakao di Sulawesi Tenggara seluas 236.793 ha dengan produksi 107.152 ton dan produktivitas sebesar 0,64 ton/ha. Untuk Kabupaten Kolaka seluas 28.663 ha, produksinya 8.022 ton dengan produktivitas sebesar 0,45 ton/ha.

Dirjen Perkebunan Andi Nur Alam Syah mengatakan, pada tahun 2023 ini, pihaknya akan mengalokasikan kegiatan pengembangan kakao seluas 8.050 ha melalui kegiatan intensifikasi, peremajaan dan perluasan yang didukung operasional substation dan juga kita akan lakukan pilot project fertigasi kakao. Selain itu juga telah diluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus perkebunan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh petani.

Ekspor kakao Indonesia meningkat sebesar 0,85 persen dari tahun 2021 yaitu dari 382.718 ton dengan nilai Rp 17,22 triliun pada tahun 2022 menjadi 385.981 ton dengan nilai Rp 19,80 triliun. Kondisi saat ini, Indonesia telah bertransformasi dari negara penghasil biji kakao menjadi pengolah kakao terbesar ketiga dunia setelah Pantai Gading dan Belanda. 

Reporter : Humas Ditjen Perkebunan
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018