Hasil riset BPDPKS untuk UMKM | Sumber Foto:BPDPKS
TABLOIDSINARTANI.COM, Lebak---Sebagai penghasil sawit terbesar di dunia, potensi bahan baku minyak nabati cukup besar. Bukan hanya untuk pangan tapi juga non pangan. Untuk mendorong inovasi produk berbasis sawit, BPDPKS pun memberikan dukungan dengan berbagai fasilitas baik pendanaan maupun hasil riset, khususnya untuk kalangan UMKM.
Kepala Divisi Usaha Kecil Menengah dan Koperasi BPDPKS, Helmi Muhansyah, pihaknya selalu mendukung pengembangan UMKM yang mengolah produk berbahan baku sawit. Saat ini sudah ada beberapa hasil riset BPDPKS yang bisa dikomersialisasikan pada skala UMKM.
Misalnya, Helmi mencontohkan, sabun kalsium dari minyak sawit untuk peningkatan produk susu pada sapi perah. Dari hasil kajian dengan memberikan pakan sabun kalsium produk susu sapi perah bisa meningkat higga 16 persen.
”Peluangnya cukup cerah karena bahan bakunya tersedia banyak di dalam negeri dan bisa diterapkan di sentra ternak sapi,” ujar Helmi saat Talkshow Hybrid: Sosialisasi Ragam Olahan Berbasis Sawit untuk Pekebun yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani bekerjasama dengan BPDPKS yang diselenggarakan di Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Rabu (17/5).
Riset lainnya yang bisa diakses adalah emulsifier dari minyak sawit. Produk ini bisa dimanfaat kalangan UMKM pangan atau kuliner. Produk tersebut digunakan untuk produksi roti agar tidak bantet. Contoh lainya adalah produk tinta cetak yang bisa digunakan untuk usaha percetakan kertas maupun sablon kaos. ”Tinta cetak ini bisa menggantikan produk impor dan harganya juga jauh lebih murah,” ungkapnya.
BPDPKS bersama IPB University juga telah meluncurkan produk rendang seasoning mix berbahan krimer minyak sawit. Jika selama ini untuk memasak rendang memakan waktu cukup lama, maka dengan krimer minyak sawit bisa lebih cepat matang.
“Kami juga berusaha memperkuat kaum ibu-ibu yang mengelola UMKM dengan memberikan pembelajaran dan pelatihan mengelola limbah sawit untuk usaha kerajinan lidi sawit,” ujarnya.
BPDPKS juga bekerjasama dengan BPPT (sekarang BRIN,red) untuk mengajak pelaku usaha untuk menggunakan Bio Paraffin Subsitute (Bio-Pas) dari minyak sawit sebagai bahan batik. Formulasi lilin batik dari sawit kepada pelaku industri batik di sentra-sentra batik di Indonesia diharapkan dapat diterima pasar.
Hasil riset yang digunakan dalam malam batik ini adalah produk turunan sawit yang ditujukan menggantikan paraffin yang biasa digunakan dalam malam batik. UMKM dapat menggunakan malam dari Bio-Pas untuk batiknya. “Kami sudah melakukan fashion show di Surabaya yang menggunakan batik dari Bio Pas,” ujarnya.
Kerjasama lain dengan BRIN ungkap Helmi adalah untuk coating produk hortikutura. Jadi buah dan sayuran bisa tahan lama. Bahkan bermanfaat untuk sayuran dan buah yang akan diekspor. Sosialisasi penggunaan coating untuk produk hortikultura telah dilakukan di Malang dan Yogyakarta.
Helmi menjelaskan, upaya sosialisasi terhadap hasil riset BPDPKS untuk UMKM terus dilakukan dengan bekerjasama berbagai pihak. Misalnya di Kalimantan Selatan untuk pengembangan minyak sawit merah. Selain itu dengan IPB University dalam sosialisasi untuk memperkuat UMKM pangan untuk pengembangan produk hilir sawit.
“Kami juga mendapatkan penghargaan Sawit Award untuk penguatan UMKM dan petani sawit,” ujarnya. Bukan hanya itu, lanjut Helmi, pihaknya juga berkolaborasi dengan Asosiasi Petani Kelapa Sawit PIR (Aspekpir).
Dengan berbagai kegiatan, Helmi menegaskan, pihaknya siap membantu mempromosikan produk UMKM berbaha baku sawit. Produk olahan dan kerajinan menjadi peluang bisnis baru bagi pelaku usaha. Pintu sudah dibuka BPDPKS, tinggal siapa yang mau masuk.