Pemerintah mengibarkan kembali bendera swasembada gula.
Agenda tersebut dituangkan dalam Perpres No. 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Pembangunan Kebutuhan Bio Etanol sebagai Bahan Bakan Nabati (BioFuel). Untuk mencapai target swasembada gula dan ketahanan energi, industri gula Indonesia harus mengalami akselerasi pengembangan selama 7 tahun ke depan.
Target operasional sesuai Perpres No. 40 Tahun 2023 tersebut, pada tahun 2028 swasembada gula konsumsi dan tahun 2030 swasembada gula industri. “Target swasembada gula sebetulnya sudah didengung-dengungkan beberapa tahun lalu, hanya memang mengapa sampai saat ini produksi gula kita masih stagnan?” katanya.
Mahmudi mengakui, kondisi internal PTPN Group akan menjadi perhatian untuk menyusun roadmap sekaligus program. Misalnya, disparitas produktivitas tebu, ada yang 3 ton/ha, namun ada juga yang mencapai 18 ton/ha. “Inilah yang kita dekatkan dengan aksi korporasi Supporting Co agar secara bertahap kita bisa memastikan produktivitas ini bisa kita dekatkan,” ujarnya.
Dalam melaksanakan program swasembada gula, PTPN Group akan memperluas areal sebesar 176 ribu ha hingga 2028. Tahun 2023 luas lahan tebu hanya 180 ribu ha yang berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi dan Sumatera Utara. Pada Tahun 2028 mendatang luas lahan untuk gula mencapai 356 ribu ha berada di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Sulawesi, Sumatera Utara, Riau dan Papua.
“Dukungan pemerintah dalam rencana transformasi bisnis gula PTPN Group menjadi kunci untuk mencapai target swasembada gula nasional. Kami menargetkan produksi sebanyak 2,2 juta ton gula di tahun 2028,” katanya.
Bagaimana strategi pemerintah? Kementerian Pertanian telah menyusun grand strategi untuk mencapai swasembada gula pada tahun 2028. Kasubdit Tanaman dan Pemanis Lain Direktorat Semusim dan Tahunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Haris Darmawan mengatakan, untuk bisa swasembada gula, htunganya produksi gula tahun 2028 sebanyak 3,46 juta ton naik dari tahun 2023 sebanyak 2,27 juta ton.
Untuk mencapai swasembada gula, Haris mengatakan, pihaknya sudah menyusun grand strategi jangka panjang peningkatan produksi, baik hulu maupun hilir. Dari sisi hulu, pihaknya akan terus berkoordinasi dalam upaya pelepasan areal kawasan hutan yang bisa dimanfaatkan untuk perluasan tebu, kemudian koordinasi penyediaan lahan tebu bisa menggunakan lahan HGU yang terbengkalai.
“Dalam Rakor Percepatan Swasembada Gula Nasional pada 31 Oktober 2023 para pengelola PG menyatakan ketersediaan lahan yang clean and clear menjadi kebutuhan utama untuk pengembangan dan pembangunan PG baru berbasis tebu,” katanya.
Pemerintah ungkap Haris juga akan membantu menyiapkan benih tebu yang bermutu dan bersertifikat. Saat ini diakui masih banyak permasalahan dalam ketersediaan benih tebu. Pertama, benih sangat terbatas dan proses penjenjangan benih tebu dari mulai KBPU sampai KBD membutuhkan waktu kurang lebih 2,5 tahun.
Kedua, penyediaan benih tebu yang bermutu dan bersertifikat masih terfokus di wilayah Pulau Jawa dengan dominasi varietas Bululawang. Padahal varietas unggul baru sudah banyak yang dilepas pemerintah.
Sebagai jalan keluarnya, Haris mengatakan, pemerintah akan mengoptimalkan fungsi dan peran P3GI sebagai lembaga penghasil varietas unggul dan penyedia benih sumber dengan percepatan penyediaan benih dan penyebaran varietas unggul baru. “Diperlukan terobosan untuk mempercepat penyediaan benih bermutu dan bersertifikat dengan memotong siklus penjenjangan,” katanya.