Rabu, 11 Desember 2024


Tren Harga Naik, Presiden Minta Kopi Lebih Diperhatikan

12 Jul 2024, 13:28 WIBEditor : Yulianto

Presiden Jokowi meninjau perkebunan kopi di Desa Kambahang, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. | Sumber Foto:Humas kementan

TABLOIDSINARTANI.COM, Bandar Lampung---Kopi menjadi salah satu komoditas yang permintaan di pasar dunia terus naik. Karena itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman untuk lebih memperhatikan komoditas tersebut.

Demikian diungkapkan saat Presiden Jokowi meninjau perkebunan kopi di Desa Kambahang, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Kunjungan ini menjadi bagian upaya pemerintah  terus memperkuat dukungan terhadap komoditas kopi Indonesia sebagai kopi terbaik dan terbesar di dunia.

"Dan kita tahu, harga kopi sekarang ini terus naik, meskipun kadang turun, tapi secara tahunan naik terus. Lalu volume untuk permintaan ekspor juga naik terus. Inilah yang tadi saya sampaikan ke Pak Menteri Pertanian agar memberi perhatian pada komoditas kopi," ujar Presiden, Jumat, (12/7).

Saat ini harga komoditas kopi mencapai Rp 70 ribu/kgdalam bentuk kering atau green bean, sementara rata-rata produktivitas kopi petani mencapai 3-4 ton/ha. Terkait hal ini, Presiden ingin petani terus meningkat produksinya hingga menyentuh 8 ton perhektare agar kesejahteraannya meningkat.

"Yang paling penting adalah produktivitas per hektarnya harus naik, yang masih 1 hektar, 1 ton, 2 ton, harusnya bisa masuk ke 8 ton atau 9 ton. Tetapi ingat, ini tugas kita bersama bagaimana membuat produktivitas per hektarnya menjadi naik drastis," katanya.

Presiden mengatakan, pemerintah telah menyiapkan alokasi pupuk subsidi yang kini naik 2 kali lipat. Jika sebelumnya 4,5 juta ton kini menjadi 9,5 juta ton. Kenaikan tersebut diharapkan menjadi pemicu produksi agar mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun mancanegara.

"Dan itu bisa terjadi kalau ada perawatan yang baik, ada pupuk yang baik, ada jarak tanam yang mungkin lebih rapat sehingga produktivitas perhatiannya bisa naik. Ingat kita memiliki 1,2 juta hakopi, baik Robusta maupun Arabica, di seluruh Indonesia," katanya.

Kendati begitu, Presiden ingin produksi kopi yang dilakukan ini masuk pada tahap industri atau hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah atau pendapatan petani kopi itu sendiri. Hilirisasi yang dilakukan bahkan tidak hanya dilakukan pada kopi melainkan juga komoditas cokelat, kakao, sawit dan komoditas perkebunan lainnya.

"Ya harus seperti itu, harusnya semuanya tidak dalam bentuk mentahan, bahkan tidak hanya kopi, tetapi coklat, sawit dan semua komoditas perkebunan lainya," katanya.

Sementara itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menambahkan bahwa luas areal kopi nasional tahun 2023 mencapai 1.268.905 hadengan rata-rata produksinya mencapai 756.097 ton atau terbesar keempat dunia dan menyumbang 6 persen kopi dunia.

Mentan mengatakan Indonesia memproduksi 91 persen kopi robusta dan 9 persen kopi Arabika, dengan nilai ekspor tahun 2020-2022 mengalami kenaikan sebesar 326.451 dollar AS atau 40 persen, dari sebelumnya 821.932 dollar AS menjadi 1.148.383 dollar AS. sedangkan volume ekspor naik sebesar 58.201  ton atau 15 persen dari 379.354 ton menjadi 437.555 ton.

Khusus provinsi Lampung, Mentan Amran menambahkan saat ini merupakan posisi kedua terbesar produksi kopi nasional dengan luas perkebunan mencapai 155.165 ha atau 108.069 ton dengan dominasi kopi robusta.

"Yang menarik adalah petani kopi Lampung Barat sebagian besar menerapkan teknologi sambung pucuk pada budidaya kopi Robusta dan menghasilkan produktivitas 1,1 ton/ha atau di atas produktivitas rata-rata Nasional 0,813 ton/ha," jelasnya.

Reporter : Julian
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018