Jumat, 13 Desember 2024


Dirur PTPN Holding: Produktivitas Kebun Sawit Relatif Rendah

19 Nov 2024, 11:14 WIBEditor : Yulianto

Ketua Umum Rumah Sawit Indonesia (RSI) Kacuk Sumarto (baju putih), Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian (tengah), dan Direktur Marketing PTPN Holding Dwi Sutoro (kiri) | Sumber Foto:Rumah Sawit Indonesia

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Peningkatan produksi dan produktivitas perkebunan sawit rakyat menjadi peluang dan tantangan bagi Indonesia untuk mencapai kemandirian pangan dan energi. Peningkatan produksi  bisa dilakukan tanpa perluasan lahan (ekstensifikasi), tetapi melalui  intensifikasi.

“Produktivitas perkebunan sawit nasional  saat ini rata-rata sekitar 3 ton CPO/ha. Rata-rata produksi ini dapat dilihat dari luasnya lahan sawit nasional yang mencapai 16,2 juta ha, namun produksi tahunan dikisaran 48-50 juta ton. Artinya, kalau dibagi rata dengan luasan lahan, produktivitas sawit nasional masih tergolong rendah,” kata Direktur PTPN Holding (Persero), Dwi Sutoro, di Jakarta, Senin (18/11).

Dwi Sutoro menyampaikan pendapatnya tersebut di sela-sela seminar “Menggapai Kedaulatan Pangan, Energi, dan Ekonomi Melalui Perkebunan Sawit untuk Menuju Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan oleh Rumah Sawit Indonesia (RSI). Seminar ini merupakan agenda pembuka Kongres RSI yang pertama.

Menurut Dwi Sutoro, tidak semua kebun kelapa sawit produktivitasnya rendah.  Beberapa perkebunan kelapa sawit mampu menghasilkan 6 ton/ha. Salah satunya beberapa kebun yang dikelola oleh PTPN. Namun, jika dihitung secara merata, produktivitas sawit yang baik paling tidak bisa menghasilkan 5 ton/ha.

Produksi sawit nasional yang rendah tidak lepas dari luasnya lahan sawit milik petani yang mencapai 6 juta hektar atau 42 persen dari total luas lahan sawit nasional. Jika produktivitas lahan petani ini bisa ditingkatkan menjadi 5 ton/ha, produksi sawit nasional akan mencapai 80 juta ton.  "Insya Allah cukup untuk memenuhi program B50,” kata alumnus ITB dan Monash University Australia ini.

Dengan vitalnya posisi petani, kata Dwi, PTPN mulai tahun ini berfokus membantu pemerintah dalam meningkatkan produktivitas lahan melalui peremajaan (replanting). Peremajaan dilakukan pada lahan-lahan plasma yang berhubungan dengan PTPN. “PTPN punya target replanting 40 ribu hektar tahun depan,” katanya. 

Dwi Sutoro mengatakan, partisipasi perusahaan swasta dalam replanting menjadi sangat penting. Karena itu, dia berharap RSI (Rumah Sawit Indonesia) dapat mendorong anggota untuk mengambil peran ini. “Ini Pak Kacuk Sumarto (Ketua Umum RSI) dan RSI juga akan melakukan peremajaan pada lahan-lahan anggotanya,” katanya.  

Peremajaan sawit yang ideal, kata Dwi, biasanya dilakukan seluas 4% per tahun dari luas lahan. Jika ada lahan 100.000 ha, maka ada 4.000 halahan yang harus diremajakan setiap tahun. Perhitungan ini sesuai best practice sawit dipotong di usia setelah 25 tahun, dan sawit yang baru ditanam mulai berbuah pada usia 4-5 tahun. 

Reporter : Julian
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018