Jumat, 13 Juni 2025


Kopi Silalabak, Semerbak Kopi Pangandaran di Pasar Dunia

28 Mei 2025, 09:48 WIBEditor : Yulianto

Kopi Silalabak siap mendunia

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta---Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen kopi dunia. Salah satu kopi yang siap mendunia adalah kopi Silalabak dari Pangansaran, Jawa Barat. 

Dari berbagai sentra kopi, Jawa Barat menempati posisi yang penting dalam produksi kopi. Propinsi yang kini dipimpin Kang Dedi Mulyadi ini menempati urutan kedelapan dalam produktivitas kopi nasional. Pangandaran yang terletak di sebelah tenggara Jawa Barat menjadi salah satu kabupaten yang berkontribusi signifikan terhadap kopi Jawa Barat dan nasional.

Setiap tahun Pangandaran mampu menghasilkan kopi sekitar 263 ton green bean dari luas tanam sekitar 609 ha. Terdiri dari 292 ha berada di lahan negara dan 317 ha di lahan perkebunan rakyat.

Produksi ini bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan Pangandaran, melainkan juga dikirimkan ke daerah tetangga, terutama Tasikmalaya dan Bandung, serta Jawa Tengah dan DIY. Bahkan saat ini sudah mulai dilirik Jepang dan diekspor ke manca negara, terutama ke negara-negara di Eropa dan AS.

Kopi Silalabak

Salah satu kopi khas Pangandaran yang cukup dikenal adalah Kopi Silalabak yang diproduksi Kelompok Tani (poktan) Silalabak di Desa Sidamulih, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran. Poktan ini dikomandani petani milenial Young Ambassador for Agriculture Kementerian Pertanian, Iis Sunisih. 

Poktan yang memiliki anggota 21 orang ini mengelola agribisnis kopi dari ulu (produksi) hingga ilir (olahan terutama roasted bean dan kopi bubuk) dan pemasaran. Dengan ketekunan dan kegigihannya, Iis berhasil membawa kopi Silalabak mendapatkan anugrah perkebunan sebagai Juara Favorit pertama dari Pemerintah Propinsi Jawa Barat tahun 2022.

Seperti halnya kebun kopi lainnya, Poktan Silalabak juga masih mengandalkan air hujan sebagai satu-satunya sumber pengairan. Rata-rata curah hujan tahunan Kabupaten Pangandaran sekitar 2.250 mm/tahun, termasuk peralihan antara daerah kering dan basah. Kondisi ini sangat sesuai dan ideal untuk pertumbuhan tanaman kopi di dataran rendah. 

Penggunaan pupuk, terutama pupuk organik dan pupuk hayati biasanya berupa kompos pupuk kandang ayam. Poktan ini juga menggunakan pupuk kimia subsidi, yaitu pupuk urea dan NPK. Petani menggunakan kompos sekitar 5-10 kg/pohon, urea 0.25-0.50 dan NPK 0.50-1.00 kg/pohon.

Ketersediaan alat mesin pertanian prapanen di lokasi poktan ini hampir tidak ada. Sebagian besar petani di Poktan ini melaksanakan pertanian di hulu secara manual. Di lahan petani ada beberapa unit rumah kaca ultra violet (UV) dengan plastik sederhana untuk pengeringan.

Selain itu ada pula berbagai peralatan sederhana untuk pengolahan buah kopi (processing) utamanya untuk roasting, resting, dan grinding, serta packaging.

Bibit tanaman, termasuk jenis kopi robusta dataran rendah yang biasanya berasal dari internal kelompok petani sendiri. Kopi ini rasanya pahit seperti halnya kopi robusta lainnya. Namun demikian mereka mengolahnya dengan cara fermentasi secara anaerobic, sehingga menghasilkan rasa asam seperti kopi arabika, meskipun tidak terlalu kuat. 

Kombinasi rasa asam dengan rasa pahit dan pengemasan yang cantik menarik membuat kopi ini benar-benar semarak. Poktan Silalabak mengolah kopi, utamanya menjadi roasted bean dan kopi bubuk, dikemas dengan bungkus yang cantik dan menarik lalu menjualnya ke pasar. 

Kopi Silalabak umumnya dijual ke restoran dan kedai kopi yang ada di Pangandaran dan beberapa kabupaten tetangga. Pemasaran kopi ini juga melalui e-market seperti tokopedia, sehingga penyebarannya semakin meluas. 

Bahkan kini sudah banyak wisatawan mancanegara tertarik dan mencicipi kopi Silalabak yang rasanya semarak dan wanginya semerbak, sehingga membuat banyak pencinta kopi ketagihan. Kopi Silalabak memang benar-benar semarak dan semerbak. 

Reporter : D. Nursyamsi, I. Sariati, dan A. Susilawati
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018