Jumat, 13 Juni 2025


RI Mau Impor Sapi dari Prancis, Mentan Amran: Syaratnya CPO Kita Harus Diterima!

31 Mei 2025, 08:25 WIBEditor : Gesha

Rencana impor sapi dari Prancis oleh Indonesia disampaikan, dengan syarat utama bahwa ekspor minyak sawit mentah (CPO) harus diterima pasar internasional.

TABLOIDSINARTANI.COM, JAKARTA -- Rencana impor sapi dari Prancis oleh Indonesia disampaikan, dengan syarat utama bahwa ekspor minyak sawit mentah (CPO) harus diterima pasar internasional.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan rencana besar Indonesia menjalin kerja sama impor sapi dan susu dari Prancis usai kunjungan Presiden Emmanuel Macron ke Tanah Air.

Namun, di balik rencana impor ini, Amran memasang satu syarat tegas yaitu Prancis wajib menerima produk Crude Palm Oil (CPO) Indonesia sebagai bagian dari kesepakatan dagang.

“Sapi bisa impor, susu juga bisa. Tapi dengan catatan, CPO kita juga harus diterima,” tegas Amran saat ditemui di kediamannya, Jumat (30/5/2025).

Indonesia memang tengah menjajaki peluang impor sapi dan susu dari sejumlah negara, tidak hanya Prancis. Salah satunya Selandia Baru yang selama ini dikenal sebagai negara peternakan maju di kawasan Asia Pasifik.

Namun, Amran tidak ingin kerja sama ini berlangsung sepihak. Oleh sebab itu, dia memasang syarat bahwa pasar Prancis (dan negara lain) harus terbuka untuk CPO Indonesia.

“Kalau CPO kita tetap sulit masuk ke pasar Eropa dan Amerika, ya kita pakai saja di dalam negeri,” tegasnya.

Meski begitu, Amran menegaskan pentingnya prinsip timbal balik dalam kerja sama internasional.

“Kalau kita mau impor, ya harus ada win-win solution. Kita ekspor CPO besar-besaran, jadi mereka harus buka pasar buat produk kita,” tambahnya.

Data Ekspor CPO

Amran membeberkan fakta menarik terkait ekspor CPO Indonesia ke pasar global, khususnya Eropa dan Amerika Serikat.

“Kita ekspor CPO ke Eropa tembus 2,3 juta ton, ke Amerika Serikat 1,7 juta ton, totalnya 4 juta ton,” paparnya.

Volume ekspor tersebut merupakan bagian dari total produksi CPO nasional yang mencapai 26 juta ton per tahun.

Namun, Amran menekankan bahwa pasokan CPO domestik juga harus dijaga agar program mandatori B50 berjalan sukses di tahun 2026.

B50 adalah program pencampuran 50 persen biodiesel dengan 50 persen solar konvensional yang bertujuan mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dari minyak sawit.

“Kebutuhan CPO untuk B50 mencapai 5,3 juta ton,” kata Amran.

Dengan adanya program ini, Amran yakin alokasi CPO untuk ekspor bakal berkurang dari 26 juta ton menjadi sekitar 21 juta ton saja.

“Kalau kita kurangi ekspor jadi 21 juta ton, apa harga CPO naik atau turun? Pasti naik,” ujarnya optimis.

Reporter : Nattasya
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018