Ketua Forum Komunikasi Aren Hutan Galunggung Provinsi Jawa Barat, Drs. H. Abdul Kodir, M.Pd membentuk Kepengurusan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Gula Aren Jawa Barat.
H. Abdul Kodir mengatakan Jawa Barat merupakan daerah persebaran aren terluas di Pulau Jawa sekitar 13.878 Hektar. Kabupaten Tasikmalaya memiliki kondisi geografis yang sangat mendukung terhadap pertumbuhan tanaman aren, sehingga merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi aren cukup besar di Jawa Barat.
Pengembangan agribisnis gula aren di Tasikmalaya semakin pesat sejalan dengan program pengelolaan Hutan Lestari di lahan hutan rakyat yang tergabung dalam Unit Manajemen Hutan Rakyat (UMHR) tersebar beberapa kecamatan, terutama di 3 (tiga) kecamatan dengan jumlah petani sebanyak 1.800 orang, yaitu Kecamatan Bantarkalong (7 desa, 300 orang petani), Kecamatan Bojong Gambir (5 desa, 1.300 petani aren) dan Kecamatan Pageurageung (2 desa, 200 petani).
Untuk pengembangan usaha gula aren, imbuh H. Abdul Kodir, dilakukan analisa usaha tani dengan lokasi kajian di Kecamatan Bojonggambir, Jika petani mempunyai 1 (satu) hektar dengan populasi aren sebanyak 277 pohon yang dikelola secara intensif akan menghasilkan 2.656 liter nira/hari equivalen dengan 369 kg gula gandu, dengan demikian petani diperhitungkan akan mendapat pendapatan kotor sebesar Rp. 4.797.000/hari (harga gula gandu Rp.13.000/kg), Apabila dikumulatifkan dalam setahun, petani aren hutan akan mendapat pendapatan kotor sekitar Rp. 1.726.920.000,- (angka ini belum dikurangi biaya produksi).
Dijelaskan H. Abdul Kodir, kaitan dengan besarnya nilai ekonomi gula aren tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam hal ini Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dan stakeholder terkait lainnya telah merancang beberapa kegiatan strategis pengembangan agroforestry aren hutan yang akan mempunyai manfaat terhadap pembangunan wilayah, peningkatan kesejahteraan petani, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Pertama, Rekayasa Agrofestry Aren Hutan Galunggung dengan keberhasilan produktivitas nira sekitar 84 liter/pohon/hari (di atas aren unggul nasional dari Provinsi Sulawesi Utara sekitar 40 liter/pohon/hari). Kedua, Rekayasa Industri Hasil Hutan Gula Semut dan Gula Syrup Arenga Pinnata Galunggung dengan teknologi membran reverse osmosis dan teknologi vacuum evaporator double effect berstandar dan bersertifikat Indikasi Geografis Internasional, dimana proses produksi lebih efisien hemat energi, ramah lingkungan, serta kualitas produk bermutu tinggi.
Ketiga, Rekayasa kelembagaan melalui pembentukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Aren Hutan Galunggung, Gabungan Koperasi Aren Hutan Jawa Barat, serta Gabungan Koperasi Aren Hutan Jawa Barat, sehingga kelembagaan diakui baik ditingkat nasional maupun internasional.
Keempat, Pengembangan Agrofestry Keunggulan Komparatif Indikasi Geografis Aren Hutan di Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis dan Garut seluas 15.000 Hektar, sehingga terbentuk hamparan aren hutan yang lestari terintegrasi dengan kegiatan industri dan pemasaran.
Kelima, Pergeseran pola konsumsi dari gula pasir tebu ke gula pasir aren yang akan mengurangi beban lahan untuk pangan dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Redi Mulyadi
Editor : Ahmad Soim