Sabtu, 26 April 2025


Ekonomi Biru Industri Kelapa Sawit

07 Apr 2014, 10:51 WIBEditor : Kontributor

Gunter Pouli pendiri Zero Emission Research Institute asal Belgia pernah menggagas konsep ekonomi biru (blue economy). Menurut Gunter Pouli, ekonomi biru merupakan pengayaan dari ekonomi hijau (green economy).

Blue economy mencontoh cara kerja ekosistem dengan tingkat efisiensi lebih tinggi untuk mengalirkan nutrisi energi, berupa emisi dan limbah untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi semua kontributor. Limbah dari sesuatu menjadi makanan bagi yang lain. Limbah dari suatu proses menjadi bahan baku bagi yang lain.

Pada prinsipnya ekonomi biru adalah memanfaatkan modal alam dan teknologi. Orientasinya adalah pelestarian alam bagi manfaat pengurangan biaya produksi dan konsumsi, memperbaiki mutu hidup manusia dan makhluk alam. Selain itu, pengurangan resiko lingkungan hidup demi eksistensi dan keharmonisan kehidupan alam serta manusia.

Jika pada ekonomi hijau pembangunan pertanian pengolahan limbah menambah ongkos produksi. Dalam ekonomi biru pembangunan pertanian ditantang untuk memanfaatkan limbah menjadi sesuatu dengan nilai tambah baru. Menurut Gunter Pouli, dalam konsep ekonomi biru terdapat tiga pilar ekonomi biru yaitu kepedulian sosial, efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam dan sistem produksi tanpa menyisakan limbah.

Potensi Limbah Sawit

Dalam hubungan dengan limbah, ternyata Indonesia mempunyai potensi limbah cukup besar. Termasuk juga dari kelapa sawit. Data Kementerian Pertanian, pada tahun 2012 luas perkebunan sawit di Indonesia mencapai 9,08 juta hektar (ha).

Potensi limbah sawit di antaranya, dari pengembangan industri hilir berbahan baku minyak dan inti sawit, hasil samping pabrik minyak sawit dan limbah industri sawit, serta limbah batang kayu tua yang ditebang karena peremajaan. Artinya, hampir seluruh limbah yang terkandung dalam sawit mempunyai potensi yang secara teknis dapat dimanfaatkan dan secara ekonomi sangat layak.

Contoh limbah sawit. Pertama, energi dari limbah sawit diperkirakan mencapai 28,7 juta ton limbah cair per tahun dan 15,2 juta ton limbah padat per tahun. Kedua, limbah kayu sawit tua pada waktunya akan melimpah. Ketiga, limbah tanaman kelapa sawit dan gulma berupa pelepah sawit dari seluas 9 juta ha di mana sebanyak 50% bisa untuk pakan ternak.

Pertanyaannya, apakah ekonomi hijau, apakah ekonomi biru atau yang lainnya merupakan model atau pola yang bersifat umum. Penerapannya kepada setiap sektor tertentu sudah barang tentu disesuaikan dengan yang bersangkutan.

Adalah Ir. Muhammad Badrun, pensiunan Direktur Jenderal Perkebunan, sebagai orang yang berperan dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit melalui seri proyek PIR pada awal tahun 1980an. Dengan proyek tersebut, mulai 2006 Indonesia menjadi negara produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Di masa tuanya (menjelang 80 tahun), Badrun masih memberikan perhatian dan mampu menghubungkan antara limbah dan ekonomi biru. Pemikiran ini dituliskannya bagi generasi penerus dengan judul "Pertanian Berbasis Kelapa Sawit: Dari Limbah Menuju Ekonomi Biru".

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

Editor : Julianto

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018