TABLOIDSINARTANI.COM, BANGKA BELITUNG -- “Harga lada (putih) di Babel pada awal tahun ini anjok lagi.” Begitulah keluhan Ketua Kelompok Tani (Poktan) Berkah Tani, Alfeddy Hernandy kepada Sinar Tani. Meski terus turun, namun petani tetap menjadikan komoditas itu sebagai ladang usaha mereka.
Catatan Alfeddy, saat ini harga lada (putih) di tingkat petani yang semula berada di angka Rp 50 ribu/kg turun menjadi Rp 47 ribu-48 ribu/kg. Bahkan tak tertutup kemungkinan, harga lada putih di tingkat petani bakal turun lagi, sebagai dampak dari kelebihan produksi di sejumlah negara produsen lada.
Untuk membantu petani, Pemerintah Provinsi Kepulauan Babel dan sejumlah lembaga terkait mendorong kelompok tani memperbaiki pola tanam dan mengembangkan hilirisasi lada agar petani mendapat nilai tambah yang lebih tinggi. Salah satu upaya Pemda adalah mendorong kelompok tani melakukan hilirisasi.
Caranya dengan memberi bantuan alat penggiling lada dan bak perendeman lada ukuran 7 x 5 meter. Dengan alat tersebut, petani bisa melakukan perendeman lada selama 7-10 hari. Lalu membuang kulit luarnya dan kemudian melakukan penjemuran di bawah terik matahari selama 2 hari. Proses selanjutnya, petani bisa langsung menyortir dan menggiling di mesin yang telah tersedia.
“Setelah proses penggilingan, petani bisa melakukan pengemasan sendiri. Lada yang sudah dibuat dalam bentuk kemasan itu kemudian dijual ke pasar,” katanya. Meskipun usaha pengemasan lada yang dilakukan Poktan Berkah Tani relatif masih sedikit, lada kemasan plastik tersebut sudah banyak diminati pasar.
“Kami sudah mencoba tes pemasaran ke Jakarta dan sekitarnya. Ternyata peminat lada putih asal Babel ini banyak. Responnya pun bagus,” tambahnya. Lada yang sudah dihaluskan ini harganya relatif cukup mahal, sekitar Rp 25 ribu-37 ribu/600 gram. “Kalau 1 kg harganya sekitar Rp 150 ribu. Padahal untuk proses pengeringan sampai ke penggilingan dan pengemasan bisa dilakukan sendiri oleh petani lada,” papar Alfeddy.
Menurut Alfeddy, lada yang sudah diolah menjadi lada bubuk ini sesuai rencana akan terus dikembangkan di Poktan Berkah Tani. Lada bubuk dalam kemasan plastik ini nantinya akan dipasarkan ke pasar swalayan, seperti Giant dan Carefour. “Setelah lolos ke pasar swalayan target dan mimpi kami adalah ekspor,” ujarnya.
Jenis lada yang dikembangkan sejumlah petani di Babel umumnya berupa muntok white papper atau lada putih muntok. Selain sudah mendapat sertifikat indikasi geografis (SIG), lada putih muntok sampai saat ini menjadi brand unggulan lada Babel. Guna mempertahankan brand lada Babel yang sudah dikenal sampai manca negara, Pemprov Kepulauan Bangka Belitung mendorong petani setempat meningkatkan produksi, dan membudidaya lada dengan bibit unggul.
Apabila petani Babel menanam lada putih muntok, mereka nantinya akan mendapatkan keuntungan ganda. Selain, kualitas produknya dijamin bagus, produktivitasnya juga bisa tinggi.
Seperti diketahui, lada putih muntok punya rasa pedas dan aroma yang sangat khas. Tak heran, kalau lada putih muntok menjadi idola kalangan eksportir. Umumnya, komoditas lada putih Babel berlabel muntok white pepper diekspor ke sejumlah negara. Di antaranya Jerman, Amerika, Spanyol, Belanda, Belgia, Jepang dan sejumlah negara Asia lainnya.