Mutu kini menjadi sebuah tuntutan konsumen, terutama di pasar global. Begitu juga dengan produk pertanian, jaminan terhadap kualitas tidak bisa ditawar lagi. Bahkan kini isu kelestarian lingkungan menjadi hal yang harus diperhatikan dalam menghasilkan produk pertanian.
Karena itu Good Agriculture Practices (GAP) menjadi suatu standar yang harus dilalui dalam pengembangan perkebunan di Indonesia. Untuk perkebunan kelapa sawit, Indonesia telah memiliki ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil).
Bagaimana dengan komoditi lainnya? Harus diakui, untuk komoditi perkebunan lain memang belum seketat kelapa sawit. Paling tidak standar GAP pun harus ada. Hal ini sebagai jaminan terhadap produk yang dihasilkan.
Selain sawit, komoditi perkebunan yang mempunyai pasar besar di dunia internasional adalah lada. Tanaman rempah-rempah ini sejak masa kolonial memang banyak diincar penjajah. Hingga kini lada tetap menjadi salah satu komoditi unggulan.
Data Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, produksi lada dari tahun 2012 ke 2013 meningkat kurang lebih 2,27%. Jika pada tahun 2012 hanya sekitar 880 ribu ton, maka tahun 2013 diperkirakan naik menjadi 900 ribu ton.
Meski produksi bumbu dapur ini meningkat, ternyata volume ekspor lada di tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2012 jumlah volume ekspor lada Indonesia adalah 62,6 ribu ton dan pada tahun 2013 hanya 32,5 ribu ton. “Penurunan ini akibat berkurangnya kualitas mutu lada kita,” kata Dirjen Perkebunan, Kementerian Pertanian, Gamal Nasir.
Untuk meningkatkan kualitas lada lokal, menurut Gamal, petani lada harus menerapkan GAP dalam budidaya. Dengan menerapkan GAP yang telah direkomendasikan Direktorat Jenderal Perkebunan diharapkan mutu, serta kualitasnya tak berbeda jauh dengan lada asal Vietnam dan Brazil. “Dua negara itu merupakan pesaing utama Indonesia dalam menghasilkan lada,” ujarnya.
Pertama kali yang harus diperhatikan dalam budidaya lada adalah masalah iklim dan tanah. Lada akan tumbuh subur apabila iklim di sana memiliki curah hujan yang merata sepanjang tahun, yakni 2.000-3.000 mm per tahun dan hari hujan 110-170 hari. Kelembaban udaranya pun berkisar antara 70-90% dengan suhu maximum 35°C dan minimum 25°C.
Tanaman lada dapat tumbuh pada ketinggian kurang dari 1.000 m di atas permukaan laut (dpl) terutama pada ketinggian 0-500 m dpl. Kemiringan lahan yang akan ditanami lada harus kurang dari 25°. Hal ini bertujuan agar memudahkan dalam pemeliharaannya dan memanennya.
Jenis tanah yang sesuai untuk menanam lada adalah yang berpasir gembur, tanah latosol dan podsolik. Selain itu, unsur haranya pun harus memadai dengan tingkat keasamannya berkisar 5-6,5%. Kedalaman tanah minimal 0,75 m.
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
Editor : Julianto