Rabu, 11 Desember 2024


Bunga

15 Jun 2021, 16:56 WIBEditor : Ahmad Soim

Tanaman hias | Sumber Foto:Memed Gunawan

Oleh: Memed Gunawan

 TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- “Katakan dengan Bunga” bukan hanya ungkapan emosi dan seremoni, tetapi juga promosi dan peluang ekonomi. Nyatanya bunga tak ubahnya rokok yang dihisap tak mengenal situasi, di keramaian atau kesepian, kegembiraan atau kesedihan, awal kehidupan atau kematian dan bahkan ketika menyendiri di kamar mandi. Bunga juga demikian. Bisa menjadi ucapan selamat untuk perkawinan, ulang tahun, penghargaan, atau ucapan belasungkawa, dan tanda cinta bagi yang hidup atau meninggal. Bedanya, kalau rokok adalah sunset industry, sedangkan bunga all time shining industry.

Konon, para peternak mencegah dekat dengan piaraannya agar tidak telibat secara emosional sehingga ternaknya menjadi hewan kesayangan, yang membuatnya  tidak tega juntuk menjual atau menyembelihnya. Petani dan pedagang bunga lain. Berbeda. Mereka menikmati indahnya bunga sebelum menjualnya, melalui matanya dan hatinya.  Tak salah seorang dosen pernah berkata, pengusaha bunga tak ubahnya tukang loak, menjual barang bekas, karena sebelum bunga itu dijual sudah dinikmati keindahannya.

Budaya bunga mungkin benar adalah milik budaya barat tapi sekarang merambah ke seluruh dunia. Jepang yang kaya dengan budaya rumit dan detil, seperti minum teh, mengiris sashimi, menyiapkan makanan, sudah lama mempunyai cara sendiri menyajikan keindahan bunga.

BACA JUGA:

Dari sisi bisnis, prospeknya sangat tinggi karena tidak hanya dalam kegiatan produksi, pemasaran dan pengembangan teknologi, tetapi erat terkait dengan bisnis lain seperti wisata dan perhotelan. Dampak ikutannya sangat besar. Festival bunga, tempat pelelangan bunga, pusat produksi dan eksibisi bunga menarik minat wisatawan seluruh dunia. Menanam bunga menjadi bagian kegiatan keluarga untuk memperindah rumah, halaman dan apartemen. Semua itu menjadi sasaran pebisnis bunga untuk menangguk rezeki yang tidak kecil.

Teknologi tanaman florikultur ini lebih terfokus pada bioteknologi, pengembangan bibit, teknologi produksi dan penanganan pasca panen untuk mempertahankan kesegarannya. Karena bunga kering, apalagi bunga kertas tidak mempunyai tempat yang berharga di hati pencinta bunga.

Bagaimana peluang Indonesia? Negara tropis yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi ini masih belum bisa bersaing sejajar dengan beberapa negara lain yang telah melangkah lebih awal. Walaupun sudah mulai berkiprah dalam ekspor bibit tanaman hias, dan bunga potong ke beberapa negara Eropa dan Amerika, porsinya masih kecil dibandingkan dengan potensinya.

Ekspor bunga negara tetangga tercatat lebih tinggi dan lembaga pemasarannya sudah lebih maju. Kita ketat bersaing dengan Singapura, Thailand, Taiwan, tapi masih jauh dibanding Royal FloraHolland di Belanda, yang menjadi semakin berjaya sesudah merging antara FloraHoland dengan Aalsmeer Flower Auction. Anggrek impor dari Thailand sudah masuk sejak tahun 2004-2005. 

Dengan potensi biodiversity yang tinggi, seharusnya kita tidak hanya menang di arena Festival bunga Pasadena, juara merangkai bunga Ikebana yang terkenal, tetapi menang di ajang produksi dan pemasaran bunga dunia. 

Upaya yang cukup monumental telah dilakukan oleh Gregori (Greg) Garnadi Hambali, yang terkenal sebagai Bapak Aglaonema Indonesia yang berhasil menyilangkan tanaman hias yang di masyarakat disebut Sri Rejeki. Melalui tangan dinginnya telah dihasilkan Aglaonema yang sangat populer antara lain Aglaonema Pride of Sumatera, Aglaonema Bidadari, Aglaonema Moonlight, Aglaonema Legacy, Aglaonema Adelia, Aglaonema Claudia, Aglaonema Widuri, dan Aglaonema Cinta. Tercatat juga nama Yayuk yang kerja kerasnya berhasil mempersembahkan tiga spesies baru tanaman Hoya, yakni Hoya Undulata SRahayu & Rodda, Hoya Rintzii Rodda, serta Simmonsson & Srahayu.

Kita masih dengan sangat hati-hati menjaga agar kekayaan hayati ini tidak mudah dicuri orang. Oleh karena itu Pusat PVT (Pusat Perlindungan Varietas Tanaman) difungsikan dalam persyaratan ekspor tanaman florikultur. Sekarang teknologi kultur jaringan sudah dikuasai, tenaga ahlinya mumpuni, nah apalagi? Sudah  saatnya kita melirik komoditas yang mempunyai prospek tinggi ini, melalui pengenalan budaya bunga sampai ke bisnisnya yang menjanjikan. Tentu dengan dukungan kebijakan dan fasilitasi.

 === 

Sahabat Setia SINAR TANI bisa berlangganan Tabloid SINAR TANI dengan KLIK:  LANGGANAN TABLOID SINAR TANIAtau versi elektronik (e-paper Tabloid Sinar Tani) dengan klikmyedisi.com/sinartani/ 

 

 

 

 

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018