Selasa, 08 Juli 2025


Menerawang Pangan 2045

06 Des 2022, 01:09 WIBEditor : Gesha

Pengembangan Pangan Lokal

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Masalah pangan di negeri ini adalah masalah yang paling rumit, karena menyangkut kebutuhan harian penduduk berjumlah lebih dari 270 juta yang tidak bisa ditunda. Persoalan pangan sensitif dari mana pun kita melihat: sosial, ekonomi maupun politik. Tidak heran kalau untuk mengurusnya ditugasi sejumlah kementerian besar yang harus bersinergi dengan baik.  

Menjelang era bonus demografi tahun 2045, diprediksi pertumbuhan ekonomi membaik, dan peran ekonomi Indonesia di dunia akan semakin penting. Masyarakat kelas menengah pada tahun 2030 akan mencapai 145 juta dan akan terus meningkat lagi sampai 210 juta. Selain itu daya beli masyarakat juga akan meningkat dan semua itu akan berdampak pada permintaan terhadap pangan, baik kuantitas, kualitas maupun jenisnya.

Pola konsumsi juga masih belum sesuai yang diharapkan untuk membuat bangsa ini sehat, aktif dan produktif. Masih ada persoalan. Negeri penghasil sayuran dan buah-buahan ini ternyata penduduknya kurang makan sayur dan buah. Perlu promosi, gerakan dan pembelajaran agar pola konsumsi sehat menjadi kebiasaan di masyarakat.

Sementara itu produksi pangan dihadapkan pada tantangan perubahan iklim, menurunnya luas lahan pertanian dan kualitas agroekosistem, padahal kebutuhan pangan akan semakin tinggi akibat peningkatan populasi dan pertumbuhan ekonomi. Karena itu, jika bangsa Indonesia sudah berkomitmen untuk mandiri pangan, maka keseluruhan proses mulai industri benih/bibit, input, proses produksi, sampai pengolahan, manajemen stok dan distribusi harus dijamin efisien.

Manajemen stok dan distribusi menjadi sangat krusial karena negara ini begitu luas, terpisah terdiri dari berpuluh ribu pulau dengan kapasitas produksi yang beragam.

Rata-rata luas usahatani per petani yang kecil, hanya sekitar 0,5-1 ha adalah permasalahan klasik. Harus ada inovasi cerdas dan kelembagaan petani yang tepat agar usahatani tersebut bisa beroperasi efiien. Sumberdaya laut yang luas juga belum termanfaatkan dengan optimal. Nelayan masih termasuk kelompok termiskin. Diperlukan strategi pemanfaatan sumberdaya yang tepat agar bangsa ini memperoleh manfaat terbesar dari kekayaan lautnya.

Kita bercita-cita negeri ini menjadi lumbung pangan dunia, paling tidak mandiri pangan. Sementara kondisi pangan global ternyata juga sangat rentan. Bahkan produksi makanan di laboratorium mirip pabrikan sudah mulai dikembangkan di negara maju. Apakah ini semacam antisipasi kelangkaan pangan pada masa depan?

Bagi Indonesia, yang masih memiliki cukup sumberdaya pertanian, kuncinya masih sekitar efisiensi keseluruhan proses mulai industri benih/bibit, input, permodalan, proses produksi, sampai pengolahan, stok dan distribusi yang disebutkan di atas. Petani harus sejahtera dan memperoleh insentif untuk memastikan produksi pangan tetap terjaga.

Krisis pangan mengancam. Ketika krisis pangan menjadi kenyataan, jangan-jangan fungsi pangan hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisi. Pangan tidak lagi sebagai pemberi kehidupan, selera dan rasa, budaya, kreasi, seni, penampilan, perkawanan dan tradisi yang selama ini kita nikmati.

Reporter : Memed Gunawan
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018