Bersama petani milenial membangun Aceh
TABLOIDSINARTANI.COM, JAKARTA -- Kalau bicara pemasaran produk usahatani, Small is not always Beautiful. Dengan adanya liberalisasi pasar, globalisasi dan perkembangan agribisnis, usahatani skala kecil mengalami kesulitan untuk berpartisipasi apalagi bersaing dalam ekonomi pasar. Kuncinya efisiensi. Petani perlu dikoordinasikan. Ini salah satu solusi, tapi mengapa susah sekali?
Mengoodinasikan usahatani dalam satu manajemen, agar lahan-lahan usaha-usaha kecil dalam satu hamparan bisa digarap dan diolah dengan lebih efisien, di negeri ini adalah hal yang hampir tidak mungkin. Kepemilikan lahan dan batas lahan itu penting luar biasa. Taruhannya nyawa. Harus ada dan tidak boleh berubah sedikit pun.
Jadi pola yang digunakan oleh Sandi Octa, seorang pengusaha agribisnis milenial sungguh suatu cara yang cerdik. Dia baru berusia 29 tahun tetapi berhasil memantapkan dirinya sebagai wirausahawan agribisnis dengan mengoordinasikan petani sebagai strategi dalam pemasaran. Perjuangannya tidak mudah. Lulusan S1 dan S2 dari IPB ini awalnya hanya mengoordinasi 10 petani, tapi kini sudah mencapai 385 petani dengan 141 produk.
Banyak Sandi Octa lain. Sebutlah antara lain Rizal Fahreza, Muhammad Dava Warsyahdhana, Hadi Irpandi, Azis Abdul Rahman Gunawan, Fasha Maulana. Mereka adalah para usahawan milenial yang membesarkan dunia agribisnis.
Langganannya adalah kelompok konsumen kelas menengah atas, khususnya hotel dan pasar moderen. Sudah dipastikan kualitas produknya di atas rata-rata yang dijual petani di pasar tradisional.
Petani mengikuti standar produk yang ditetapkan. Bukan ditetapkan oleh Sandi Octa, tetapi oleh pasar. Konsumen. Sandi mengoordinasikan, dan petani menerapkan. Konon masih banyak petani mengantri untuk ikut jadi anggota kelompok pemasaran.
Kelebihan pengkoordisasian petani seperti ini adalah petani tidak perlu berselacar sendiri-sendiri mencari teknologi dan pasar. Sandi dan stafnya yang lebih berpengalaman akan melakukan kegiatan tersebut.
Pengusaha agribisnis melinial inilah yang mampu menghimpun dan menggerakkan petani lain untuk meningkatkan citra pertanian yang kita impikan. Merekalah yang mampu memperkenalkan berbagai teknologi tanpa melibatkan penyuluhan formal dari pemerintah. Dan petani loyal, karena ada insentif finansial yang jelas.
Pengusaha milenial seperti ini banyak yang belajar otodidak melalui youtube dan sumber informasi lainnya dan pengetahuannya bertambah seiring dengan perjalanan bisnisnya. Bidang yang digelutinya menyentuh kegiatan dari hulu sampai hilir, tetapi khususnya pemasaran. Dan itu perlu. Latar belakang mereka juga sangat beragam. Tidak heran kalau banyak pengusaha agribisnis sukses berpendidikan non pertanian, seperti teknik, ekonomi, matematika bahkan sastra.
Success story mereka bermula dari gagasan, kemampuan berkreasi, melihat peluang bisnis, membangun jaringan bisnis dan kerjasama dengan petani maupun konsumen. Bahkan banyak yang baru memperoleh pengetahuan teknis tentang komoditas pertanian dalam perjalanan bisnisnya.
Jadi? Mari bangun manusia kreatif untuk bergerak di pertanian. Ternyata pertanian adalah bisnis yang menguntungkan. Caranya? Bagi pemerintah cukup dengan memasilitasi, memberi mereka peluang, informasi, tantangan dan sekaligus kemudahan.