Ancaman El Nino
Oleh : Memed Gunawan
Prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa akan terjadi peningkatan kekeringan 3 kali lipat pada musim kemarau tahun 2023 merupakan peringatan keras kepada kita insan pertanian. Kekeringan dalam waktu berkepanjangan dapat berpotensi menimbulkan terjadinya berbagai masalah mulai dari kebakaran hutan sampai dengan persoalan pangan di dalam negeri. Seperti apa permasalahannya?
Kekeringan meteorologis disebabkan tingkat curah hujan suatu daerah di bawah normal. Hal ini akan terus berlangsung pada dasarian berikutnya karena berlanjut memasuki musim kemarau. BMKG memperkirakan sejumlah besar provinsi-provinsi yang berpotensi mengalami kekeringan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Perlu langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi kejadian tersebut. Tidak cukup dengan langkah-langkah biasa tetapi harus dengan langkah yang menyeluruh termasuk masalah kesiapan pangan. Kita tidak boleh terlambat karena pengaruhnya sangat besar dan tidak mudah diatasi. Perlu upaya mitigasi dan antisipasi yang lebih baik dari yang telah kita lakukan pada masa lalu.
Kita telah mengalami El Nino berat pada tahun 1997 yang menyebabkan kekeringan lebih dari lima ratus ribu hektar dan gagal panen 88 ribu hektar yang berujung pada krisis pangan serius yang dampaknya terasa hingga tahun 1998 dan 1999 (Musa, 2008). Semoga persiapan menghadapi kekeringan ini lebih baik dan lebih dini sehingga dampaknya bisa diminimalisir.
El Nino itu di luar nalar dan pengetahuan para petani, tidak ada yang bisa dilakukan untuk menangkalnya kecuali kesiapan agar dampaknya bisa diringankan sejauh mungkin. Lokasinya bisa diprediksi tetapi jika menjangkau wilayah yang luas dampaknya sangat serius.
Wilayah Sumatra Bagaian Tengah, Kalimantan Tengah, Sulawesi dan sebagian Papua perlu dicermati sebagai daerah berpotensi terdampak. Sejak Desember 2022, api menghanguskan ribuan hektare hutan dan lahan di Taman Nasional Way Kambas, Lampung; empat kabupaten di Riau; lahan gambut di Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, dan Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau, hingga Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai di Sulawesi Tenggara.
Kebakaran lahan gambut terjadi di Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, pada Januari 2023 (Ario Tanoto/Antara) disebabkan oleh ulah manusia dan akibat kekeringan.
Bahaya terbesar sebenarnya adalah kebakaran kawasan gambut. Gambut yang terbakar akan melepaskan asap menyesakkan dan emisi gas rumah kaca yang jauh lebih banyak dibandingkan lahan biasa. Pada 2019, kebakaran gambut di Pulau Sumatera dan Kalimantan menyebabkan 900 ribu orang mengalami gangguan pernapasan dan kerugian hingga US$ 5,2 miliar.
Sudah sangat tepat jika BMKG dan BNPB menyebarkan informasi risiko El Nino 2023 lebih dini dan bahkan memeriksa langsung daerah yang rawan kebakaran. Diperlukan pembekalan terus-menerus, dukungan seluruh aparat untuk melatih masyarakat maupun langsung turun ke lapangan serta melakukan tindakan segera sebelum terjadi musibah.
(Bahan diambil dari berbagai sumber)