Rabu, 21 Mei 2025


Penanganan Bencana: Ad Hoc atau Terprogram

11 Sep 2023, 13:57 WIBEditor : Gesha

Ilustrasi kekeringan

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta -- Pengalaman menangani bencana memberikan pelajaran bahwa bencana yang bisa diditeksi kapan akan terjadi, atau terjadi secara rutin, bisa ditangani dengan persiapan yang lebih matang. Kekeringan akibat El Nino diantisipasi dengan memperbaiki jaringan irigasi, menerapkan pola pertanian hemat air, mengubah pola tanam atau menggunakan benih tahan kekeringan. Persiapannya bukan kegiatan ad hock yang muncul dengan tiba-tiba tetapi diprogramkan dengan perhitungan matang.

Ketika Pakistan dilanda gempa bumi yang menewaskan sekitar 80.000 orang pada tanggal 8 Oktober 2005, hanya dalam 2-3 hari bantuan yang pertama kali datang adalah dokter-dokter dari Cuba. Lalu dari Amerika, Cina, Jepang dan dari seluruh dunia. Semuanya terjadi secara tiba-tiba tapi semuanya bekerjasama tanpa dibatasi perbedaan keyakinan dan sikap politik, tetapi dipersatukan oleh rasa kemanusiaan.

Gempa bumi tak pernah bisa diprediksi, kemampuan teknologi sampai saat ini hanya bisa menditeksi daerah-daerah rawan gempa, tanpa mengetahui kapan gempa itu akan datang. Maka antisipasinya adalah membangun gedung yang tahan gempa dan melatih manusia menyelamatkan diri apabila terjadi gempa sehingga dampaknya dapat diminimalisir dan penanganannya lebih tertata.

Bantuan memang tidak mengenal perbedaan keyakinan dan politik. Selama beberapa minggu helikopter besar berbaling-baling ganda milik Militer Amerika Serikat (AS) hilir mudik dari dan ke lokasi bencana di Balakot, membawa penolong maupun korban. AS segera memberikan bantuan meskipun negara itu baru saja mengalami masa sulit akibat amukan badai Katrina. Dalam situasi sulit seperti ini, AS berdiri sebagai teman Pakistan maupun India. 

Demikian juga saat tsunami meluluhlantakkan Aceh. Seluruh dunia berkabung dan seluruh dunia membantu. Korban manusia yang mencapai 180 ribu orang merupakan dukacita global dan seluruh dunia menangis. Kejadiannya berlangsung tiba-tiba dan dalam sekejap kerusakan terjadi karena tidak ada persiapan untuk mengurangi dampaknya.

Aceh mengapresiasi 53 Negara yang membantu saat Tsunami dengan mendirikan sebuah monumen bertuliskan Thanks to the World” dan prasasti Thank You and Peace” dengan mencantumkan nama dan bendera negara yang membantu rehabilitasi dampak bencana tersebut di kawasan Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Early Warning Tsunami pun dibangun agar mampu menditeksi kemungkinan terjadinya Tsunami lebih awal.

Taiwan juga membantu korban gempa di Aceh, NTB dan Cianjur dalam jumlah cukup besar. Bantuan dan simpati datang dari dari semua negara. Tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga rehabilitasi bangunan yang mengalami kerusakan akibat gempa. 

Lalu bagaimana dengan El Nino dan perubahan iklim? Pengalaman menangani bencana memberikan pelajaran bahwa bencana yang bisa diditeksi kapan akan terjadi, atau terjadi secara rutin, bisa ditangani dengan persiapan yang lebih matang. Kekeringan akibat El Nino diantisipasi dengan memperbaiki jaringan irigasi, menerapkan pola pertanian hemat air, mengubah pola tanam atau menggunakan benih tahan kekeringan. Persiapannya bukan kegiatan ad hock yang muncul dengan tiba-tiba tetapi diprogramkan dengan perhitungan matang.

Upaya serupa juga dilakukan untuk mengantisipasi bencana La Nina yang mengakibatkan hujan berkepanjangan dan banjir. Program penanganannya bisa dilakukan jauh-jauh hari sebelum bencana itu sendiri datang.

Dunia memang sudah semakin tua, kita harus semakin waskita.

Reporter : Memed Gunawan
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018