Senin, 21 April 2025


Benih Sawit

27 Sep 2023, 10:30 WIBEditor : Herman

Benih Sawit

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta --- Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) tidak pelak lagi sangat mendesak karena jutaan hektar kebun sawit rakyat sudah kurang produktif. Selain karena umurnya sudah lebih dari 25-30 tahun tetapi juga banyak tanaman sawit yang berkualitas rendah karena bukan benih unggul.

Benar, sawit juga kalau soal benih laiknya manusia, perlu syarat bibit, bebet, bobot. Konon petani sawit banyak yang membeli benih sawit kualitas rendah apakah karena ketidaktahuan, karena murah atau karena tertipu. Akibatnya tentu bisa ditebak, produksi sawitnya rendah, bahkan kurang dari 10 ton per hektar per tahun. Hanya sepertiga atau seperempat dari yang seharusnya.  

Rencana PSR yang dicanangkan tahun 2017 dengan target fenomenal, 180 ribu hektar per tahun mengalami kendala luar biasa. Benih unggul tentu saja harus dipersiapkan dengan baik karena kebutuhannya sangat besar. Tetapi kendala terbesar ternyata ada pada masalah legalitas lahan, izin, kepemilikan, lokasi dan peruntukannya. 

Proses produksi benih sawit unggul tidak bisa serta merta dan mendadak, perlu persiapan dan perencanaan. Harus ada waktu yang pas antara kesiapan produksi benih dengan kesiapan untuk tanam di kebun petani. Ini masalah besarnya.

Pihak perusahaan benih PPKS, tidak melihat kendala besar dalam memproduksi benih. Cukup baik dari segi waktu, kuantitas maupun kualitas. Akan tetapi kesiapan lahan untuk ditanami tidak bisa dijamin siap ketika benih sudah siap untuk ditanam.

Masalah yang dihadapi adalah aspek legal lahan yang selalu mengganjal. Tetapi selain itu besarnya kebutuhan biaya PSR masih menjadi kesulitan petani. Fluktuasi harga Tandan Buah Segar (TBS) juga berpengaruh, karena saat harga tinggi petani enggan untuk segera meremajakan tanamannya.

Jadi di mana letak solusinya?

Tentu benih sawit berkualitas sangat diperlukan dan harus direncanakan dengan baik. Tetapi itu saja tidak cukup. Perlu ada terobosan baru untuk menyelesaikan masalah legalitas lahan usaha sehingga tidak menjadi kendala berkelanjutan.

Realisasi PSR sudah sangat jauh dari target yang sudah ditetapkan. Waktu 5-6 tahun sudah terlewat begitu saja, seharusnya petani yang sudah melakukan peremajaan tanamannya sekarang sudah masanya panen. Sementara kita masih berkutat menyelesaikan kendala.

Dunia sawit sudah mulai dengan persaingan tajam. Tidak saja pemain lama seperti Indonesia dan Malaysia tetapi sejumlah negara sudah mulai melirik usaha yang sangat menjanjikan ini. Maka PSR menjadi langkah strategis agar kita tetap memegang kendali pasar, selain untuk meningkatkan pendapatan petani sawit yang sering dihempas gelombang harga yang tak henti berfluktuasi.

Kita menunggu langkah terobosan tersebut.

Reporter : Memed Gunawan
BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018