TABLOIDSINARTANI.COM, jakarta --- Sesudah harga beras merangkak naik dan membuat panik, kini telur dan daging ayam, sumber protein paling murah yang diandalkan untuk memenuhi kecukupan gizi masyarakat kelas bawah mulai membuat pusing tujuh keliling. Telur dan daging ayam menjadi andalan utama dalam mengatasi stunting, tetapi dengan meningkatnya harga pakan tentu saja dampaknya akan langsung terhadap harga produknya.
Pakan merupakan porsi biaya sekitar 70 persen dalam peternakan unggas, lagipula tidak semua komponen pakan tersedia di dalam negeri. Ini bukan hal baru.
Seperti fitrah manusia, negara sebesar dan sekuat apa pun sekarang tidak bisa hidup sendirian dan virus Covid yang tak kasat mata itu membuat semua negara menghadapi masalah pangan. Negara kita sedikit beruntung dan masih dinilai positif walaupun harga pangan merangkak naik. Upaya untuk meredamnya sudah dilakukan tetapi di lapangan masalah pangan ini semakin serius.
Kembali ke pakan ayam. Komposisi pakan unggas memang banyak mengandung bahan yang tidak selalu ada di dalam negeri. Dedak padi dan bekatul mengandung sumber energi dan asam amino tinggi, jagung dan berbagai bungkil semakin bersaing dengan kebutuhan lain. Sedangkan bungkil kacang kedelai dan tepung ikan harus diimpor dalam jumlah besar. Lahan harus bersaing dengan tanaman pangan seperti padi, jagung dan palawija. Dan walaupun laut kita terbilang luas dan kaya luar biasa, tepung ikan masih kekurangan.
Ayam petelur yang sudah berusia 20 minggu harus diberi pakan yang kaya kalsium. Zat tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas telur yang dikeluarkan. Ayam yang kekurangan kalsium akan mengeluarkan telur dengan cangkang yang mudah pecah.
Untuk mengatasi hal tersebut, para peternak biasanya memberikan nutrisi tambahan berupa cangkang tiram yang sudah digiling. Nutrisi tambahan ini biasanya diberikan juga kepada ayam yang memproduksi banyak telur supaya telur yang dikeluarkan terjaga kualitasnya.
Maka gejolak harga skala global yang terjadi dirasakan juga oleh peternak kecil yang tak kuasa apa-apa. Mereka juga tergantung pada perusahaan pakan raksasa yang menguasai bisnis dari hulu sampai hilir. Para peternak sangat bergantung pada pakan ayam buatan pabrik karena dinilai praktis. Tidak hanya pakan, mereka juga tergantung pada harga DOC (day old chick) dan harga produk (telur dan daging ayam).
Kejadiannya memang terus berulang dan sering membuat bingung. Harga pakan dan DOC naik sementara harga produknya turun justru pada saat peternak mengantisipasi pasar meningkat seperti pada hari raya keagamaan atau tahun baru.
Ketika sumber protein paling murah ini tidak lagi ramah di kantong mereka, lalu harus bagaimana mengatasinya? Fluktuasi harga biasanya reda dengan sendirinya tanpa ada solusi jangka panjang. Seperti terpaan kekeringan yang membuat tanaman layu lalu berakhir ketika hujan datang tanpa diundang. Peternak kecil memang tak pernah beranjak menjadi besar.