Berburu Tikus di sawah
Oleh : Memed Gunawan
Perang menghadapi serangan hama tidak pernah reda, dan petani menganggap hama pertanian yang paling bandel adalah tikus.
Lebih dari 17 persen areal tanaman padi setiap tahun diserang tikus. Diperlukan monitoring yang kontinu karena tikus sangat cepat berkembang biak dan serangannya sangat masif dan cepat.
Bagaimana strategi penanganannya dalam upaya peningkatan produksi pangan?
Upaya meningkatkan produksi pangan mendapatkan ancaman serius hama tikus. Serangan hama tikus terjadi pada saat produksi maupun pada saat penyimpanan hasil. Binatang pengerat lambang pelaku kejahatan pencurian dalam kehidupan manusia itu terkenal sulit diberantas.
Dalam konsep keseimbangan lingkungan, pengendalian (bukan pemberantasan atau pemusnahan) menjadi inti dalam memecahkan masalah hama.
Penggunaan bahan kimia, perangkap dan penangkapan secara langsung dengan gropyokan hanya memecahkan masalah dalam jangka pendek.
Tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena mereka akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam padi.
Oleh karena itu berkembang anggapan di masyarakat bahwa tikus tidak boleh dilawan keras karena kalau hal itu dilakukan mereka akan melakukan pembalasan dengan serangan yang lebih hebat lagi.
Pengendalian tikus pada suatu habitat dapat dilakukan melalui pendekatan pengelolaan tikus terpadu yang dilakukan secara kontinu dan konsisten mulai dari pengelolaan sanitasi, program pembersihan lingkungan secara rutin, pengendalian secara kimiawi dan pengembangan musuh alami.
Cara yang efektif adalah dengan mengembangkan musuh alami dan menjaga lingkungan agar hama ini tidak berkembang.
Teknik tersebut mencakup tanam padi dan panen serempak, sanitasi habitat, dan mengembangkan musuh alami.
Keseimbangan alam sekarang ini telah lama terganggu akibat musuh alami seperti ular dan burung telah berkurang signifikan, baik karena ulah manusia maupun teracuni insektisida.
Bagi para petani, hama tikus menjadi salah satu yang sulit untuk dihadapi.
Berbagai teknologi atau metode pengendalian sudah ada. Semuanya tergantung kepada bagaimana manusia petani menerapkannya.
Karena teknologi sudah ada, jadi yang paling penting dalam menghadapi seranga hama adalah manusianya.
Oleh karena itu yang terpenting adalah mengelola manusiannya, karena dalam melakukan pengendalian diperlukan keseriusan dan dilakukan dengan hati.
Manusia tidak bisa melawan alam karena alam akan melawan balik lebih kuat. Manusia hanya bisa menyesuaikan diri dan bersahabat dengan alam.
Penangan dan pengendalian hama akan tergantung kepada manusianya. Kesuksesan pengendalian hama tikus bukan hanya ditentukan oleh teknologi tetapi terutama oleh sikap manusia dalam mengelola keadaan di lapangan agar bisa melaksanakan teknologi/metode pengendalian secara efektif dan benar.
Di sinilah perlunya digaungkannya kembali pentingnya penyuluhan yang saat ini baik kelembagaan maupun fungsinya di daerah banyak terdegradasi setelah terjadi desentralisasi.
Penyuluhan tetap diperlukan karena teknologi hanyalah alat, manusialah yang menjadi penentunya.