Rabu, 11 Desember 2024


Penyerentakan Birahi Sapi

02 Sep 2014, 10:39 WIBEditor : Kontributor

Oleh : R. Dani Medionovianto, S.Pt (Penyuluh Pertanian BBP2TP)

Penyerempakan birahi pada sapi atau sinkronisasi birahi merupakan usaha manusia mengendalikan birahi sekelompok ternak agar birahi serentak atau bisa dikatakan pengaturan siklus estrus agar sekelompok ternak serentak birahi.

Ada satu metode untuk menyerempakkan birahi pada sapi yakni dengan terapi hormon. Terapi hormon ini ada kelebihan dan banyak juga kekurangannya, adapun hormon yang digunakan untuk menyerempakkan birahi pada sapi adalah hormon PGF2-alpha. Hormon ini digunakan pada peternakan besar untuk menyerentakkan birahi pada semua sapi induk (membuat birahi secara bersamaan). Merek untuk hormon pgf2-alpha ini juga cukup banyak ada yang harus digunakan secara IM (intra muscular dan ada juga yang harus digunakan secara intra uterine). Intra muscular berarti disuntikkan ke dalam daging dan intra uterine berarti dimasukkan ke dalam uterus sapi.

Pelaksanaan sinkronisasi birahi didasarkan pada pengetahuan yang lengkap tentang siklus birahi normal sapi. Siklus birahi normal sapi adalah 18-21 hari terbagi dalam fase folikuler (proestrus dan estrus) oleh Folikel Stimulating Hormone dan fase luteal (metestrus dan diestrus) oleh Luteinizing Hormon dan Luteotropik Hormon. Sapi birahi dihitung sebagai hari ke 0 atau hari ke 21, tanda-tanda sapi birahi pada umumnya adalah vulva merah, hangat, dan membesar, menaiki temannya (M) dan diam bila dinaiki (D) temannya, keluar lender bening dari vagina/vulva, sapi gelisah, tidak berkonsentrasi makan, tidak dalam kondisi bunting, palpasiperrectal ditandai dengan tegangnya organ tubuler reproduksi dan terdapat folikel pada salah satu ovarium. Fase metestrus adalah fase lepasnya sel telur (ovulasi) oleh pengaruh luteinizing hormon dan badan ovarium (bursa ovaria) akan terisi oleh aliran darah menjadi corpus hemoragicum (badan merah). Fase estrus dan metestrus berlangsung dari hari ke 0 sampai hari ke 5. Mulai hari ke 5 sampai hari ke 17 atau 18 adalah masa aktifnya corpus luteum (diestrus) yang menghasilkan hormone progesterone. Hari 18 corpus luteum mengalami regresi, dan fase proestrus mulai berjalan sampai hari ke 21.

Pelaksanaan sinkronisasi estrus dengan prostaglandin (PGF2α) dengan pemberian intra muskuler atau intra uterine lebih banyak dilakukan di lapangan. Langkah kerja yang dilakukan adalah menseleksi sapi yang memiliki status fase diestrus atau terdapat corpus luteum. Beberapa persyaratan untuk sinkronisasi estrus dengan cara ini adalah:

  1. Sapi dipastikan tidak bunting (tidak pada saat masa fertilisasi atau masa pertumbuhan zigot/embrio).
  2. Terdapat corpus luteum normal.
  3. Tidak mengalami gangguan reproduksi yaitu infeksi organ dan saluran reproduksi seperti pyometra, metritis, endometritis, peradangan dan pengerasan servik, corpus luteum persisten. Tidak boleh juga pada gangguan nutrisi seperti body condition score rendah, hipo fungsi ovaria, atau cystafolikuler.
  4. Tidak ada kelainan genetic reproduksi (freemartin, agenesis ovaria, atropiovaria, hipo plasia ovaria dan kelainan genetic lainnya).
  5. Boleh dilakukan pada induk setelah melahirkan yang telah mengalami involusi uterus dengan sempurna dan fungsi kerja organ dan saluran reproduksi sudah kembali normal tanpa infeksi.
  6. Tidak ada riwayat sapi mengalami gangguan pernafasan (respirasi).

Jika sudah dipastikan statusnya corpus luteum maka segera dilakukan penyuntikan prostaglandin dan sapi akan menunjukkan gejala birahi 72-96 jam setelah penyuntikan dan deteksi birahi dilakukan bisa pada 3-4 hari setelah pemberian. Namun apabila palpasi perrectal didapatkan status folikel atau perkembangan folikel, maka sapi akan birahi secara alami dengan pemberian prostaglandin atau tanpa pemberian prostaglandin sehingga sebaiknya deteksi birahi dilakukan setiap hari. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitasnya maka, apabila birahi alami bagus dilakukan IB, dan jika kualitas birahi alami kurang bagus dilakukan penyuntikan prostaglandin 7-1 hari kemudian (sudah masuk fase luteal).

Penyuntikan prostaglandin pada corpus luteum persisten karena infeksi tidak menghasilkan kualitas birahi yang bagus, tipe leleran vulva biasanya keruh (lender infeksi) dan rendah sekali angka kebuntingannya. Sapi dengan kasus corpus luteum persisten harus dilakukan penanganan terlebih dahulu terhadap agen infeksi yaitu dengan antibiotic atau iodine povidone 1-2% intra uterine. Pada kasus ini, penyuntikan prostaglandin dibarengi dengan iodine povidone 1-2% intra uterine memberi hasil lebih baik daripada hanya dengan prostaglandin. Untuk kasus gangguan reproduksi karena defisiensi nutrisi (hipofungsi ovaria, atau cystafolikuler) penanganan yang utama adalah perbaikan nutrisi, pemberian vitamin ADE, dengan pemasangan intra vaginal hormone progesterone (CIDR, PRID) selama 1 minggu kemudian dicabut dan diberikan prostaglandin atau pemberian hormone GnRH.

Yang terpenting dalam pelaksanaan penyerentakan birahi ini agar dilakukan oleh seorang dokter hewan yang memang ahlinya dalam pelaksanaannya, jika Anda akan melakukan penyerentakan birahi pada ternak sapi Anda segera hubungi dokter hewan yang ada di daerah Anda. (sumber : Blivet-Lampung, drh. Joko Susilo)

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

Editor : Julianto

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018