Senin, 04 Desember 2023


Pengendalian Hama pada Tanaman Jagung

10 Agu 2015, 18:09 WIBEditor : Kontributor

Kegiatan pengendalian hama pada tanaman jagung dilakukan agar tanaman jagung tidak mengalami gangguan kesehatan, yang akhirnya mengganggu hasil produksinya. Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena aktivitas hidupnya, terutama aktivitas untuk memperoleh makanan. Hama tanaman memiliki kemampuan merusak yang sangat tinggi, akibatnya tanaman dapat rusak atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali atau gagal panen. Untuk memberantas hama, perlu mengetahui aktivitas hidupnya.  Ada beberapa jenis hama yang merupakan kendala utama dalam budidaya jagung yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil. Hama pada tanaman jagung umumnya menyerang dan merusak akar, merusak batang, daun dan juga merusak buah. Termasuk juga hama di dalam gudang penyimpanan seperti tikus. Hama utama yang menyerang tanaman jagung adalah lalat bibit, ulat tanah, lundi (uret), penggerek batang, ulat grayak, wereng jagung, penggerek tongkol, kepik hijau, kutu daun dan lain-lain. Pengendalian hama yang menyerang jagung disesuaikan dengan fase pertumbuhannya. Berikut beberapa jenis hama dan cara pengendaliannya.

1. Ulat Daun (prodenia litura)

Ulat spodoptera sering menyerang pucuk daun dengan cara memotong. Ulat jenis ini digolongkan ke dalam Ordo : Lepidoptera ; Familia: Noctuidae; Genus Spodoptera/Prodenia. Nama lain dan ulat ini ialah Prodenia litura Fabncius. Ulat ini  yang baru saja menetas atau pada waktu masih muda memiliki kepala berwama coklat dan terdapat ganis berwarna gelap. Semakin bertambah umur, ulat tersebut warnanya menjadi Iebih gelap dan ganis berwarna kuning di punggung semakin tampak dan berbentuk gambar bulan sabit hitam. Telurnya diletakkan pada daun secara berkelompok dan ditutupi rambut-rambut warna coklat kekuningan. Gejala tanaman jagung yang diserang hama ulat daun adalah umur tanaman yang diserang ulat daun sekitar satu bulan serta daun tanaman bila sudah besar menjadi rusak. Ulat tersebut juga digolongkan sebagai ulat pemotong. Dengan terpotongnya pucuk daun, maka pertumbuhan tanaman terganggu. Cara pengelolaannya dengan mengembangkan musuh alami. Musuh alami yang dapat membantu menekan perkembangan telur dan ulat seperti Telenomus sp, Tetrastichus schoeno bel. Bracon sp. Brachymeria sp. Dapat juga dengan cara mengambil serta mengumpulkan ulat dan telur, kemudian dimusnahkan. Pencegahan dengan penyemprotan insektisida folidol, basudin, diazinon dan agrocide dengan ukuran 1,5 cc dalam tiap 1 liter air. Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperhatikan kelestarian musuh alami dan tingkat populasi hama yang menyerang.

2. Lalat Bibit

Lalat bibit dengan ciri-ciri, warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan. Panjang lalat antara 3 sampai 3,5 mm. Lalat bibit cepat berkembangbiak dengan pada kelembaban tinggi, oleh karena itu di musim hujan lalat ini merupakan hama utama jagung. Siklus hidupnya berkisar 15–25 hari. Seekor lalat bibit betina mampu bertelur 20–25 butir dengan warna telur putih mutiara. Gejala yang dialami tanaman jagung adalah ada bekas gigitan pada daun, pucuk daun layu, dan akhirnya tanaman jagung mati. Pada mulanya daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan akhirnya tanaman menjadi layu. Pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Untuk mengatasi kerusakan tanaman pada lahan yang sering terserang lalat bibit, usaha pencegahan perlu dilakukan sebagai tindakan preventif. Apabila pada pengamatan dijumpai lalat bibit dan ada serangan maka tindakan pengendalian hendaknya dilakukan dengan baik.

Untuk pengendaliannya menggunakan varietas tahan dan seeds treatment melalui tanah pada waktu tanam atau diberikan pada kuncup daun pada umur tanaman satu minggu dengan dosis 0.24 kg b.a/ha. Sebaiknya dilakukan penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman serta tanaman yang terserang  segera dicabut dan dimusnahkan. Perlu sanitasi kebun diperhatikan.

3. Ulat Agrotis

Ngengat agrotis ipsilon meletakkan telur satu per satu dalam barisan atau diletakkan rapat pada salah satu permukaan daun pada bagian tanaman dekat dengan permukaan tanah. Seekor ngengat betina dapat bertelur ± 1.800 butir. Stadia telur 6–7 hari. Larva muda bersifat fototaksis, sedang larva yang lebih tua bersifat geotaksis sehingga pada siang hari bersembunyi di dalam tanah dan muncul kembali untuk makan pada malam hari. Satu generasi dapat berlangsung 4–6 minggu. Pengendalian : tanam serentak, dapat pula dilakukan penggenangan. Gejala yang dialami pada bagian batang yang masih muda yaitu putus akhirnya tanaman jagung mati. Agrotis sp. melakukan penyerangan pada malam dan siang hari. Ada 3 macam ulat grayak/agrotis ini, yaitu: Agrotis segetum, yang berwarna hitam, sering ditemukan di daerah dataran tinggi; Agrotis ipsilon, berwarna hitam kecoklatan, ditemukan di daerah dataran tinggi dan rendah; Agrotis interjection, berwarna hitam, banyak terdapat di Pulau Jawa. Pengendalian ulat ini dengan insektisida Dursban 20 EC, dengan dosis 2 ml tiap 1 liter air. Tiap hektar dapat digunakan 500 liter larutan.

4. Ulat Tongkol (Heliothis armigera)

Ciri  larva Heliothis armigera diantaranya ulat berkepala hitam, badan berwama kuning, panjang ulat dapat mencapai 1 cm atau 2,5 cm. Penyerangannya muIa-mula telur diletakkan pada rambut di ujung tongkol jagung. Telur diletakkan satu per satu pada rambut tongkol atau bagian lain pada waktu sore sampai malam hari. Setelah menetas, ulat masuk ke dalam tongkol menyusuri rambut sambil makan bagian tongkol yang dilewati. Pertama-tama diawali dengan merusak pembungkus/kelobot, kemudian memakan biji-biji jagung. Di dalam satu tongkol jagung, biasanya ditempati satu ulat. Gejalanya dapat dilihat dengan adanya bekas gigitan pada biji dan adanya terowongan dalam tongkol jagung.

Pencegahan dapat dilakukan dengan menanam varietas jagung yang memiliki pelepah buah panjang dan kuat.  Pergiliran atau rotasi tanaman dapat diterapkan untuk mematahkan siklus hidup hama. Kondisi alam yang cukup membantu menekan hama ini antara lain hujan dapat menjatuhkan telur. Untuk pengendalian dengan penyemprotan menggunakan Furadan 3G atau dengan membuat lubang dekat tanaman, diberi insektisida dan ditutup lagi. Dosis yang digunakan 10 gram tiap meter persegi. Sebaiknya dilakukan pada saat tanaman jagung masih berbunga, jangan menjelang panen, sebab dapat membahayakan kita yang ikut mengkonsumsi jagung karena residu dari insektisida tersebut. Pengendalian bila hama dinilai dapat membahayakan, dapat dilakukan penyemprotan Atabron 25 ULV.

5. Belalang

Baik nimfa maupun dewasa memakan daun dan dalam hal tertentu dapat menyebabkan gandulnya daun. Belalang bila bermigrasi dalam jumlah yang cukup besar dapat menyebabkan kerusakan yang berarti.  Daur hidup belalang dari telur diletakkan pada lubang tanah yang dalamnya kira-kira 6 cm dari permukaan tanah. Lama penetasan 12–25 hari. Untuk pengendalian bila populasi tinggi dapat dilakukan dengan jaring/net serangga. (Ir. Amirudin Aidin Beng, MM) dari berbagai sumber

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018