Jumat, 13 Juni 2025


Taisin: Penyuluh Tidak Boleh Miskin

25 Nov 2015, 20:08 WIBEditor : Ahmad Soim

Taisin (52) memiliki kebun kelapa sawit 8 hektar, kebun kelapa satu ha, penggilingan padi dan beberapa lahan lainnya di Sambas dan Singkawang Kalimantan Barat. Hebatnya, tugas-tugas penyuluhan tetap dikerjakannya secara sempurna.

"Semuanya saya beli dari sedikit demi sedikit dari gaji saya sebagai penyuluh dan usaha.  Warisan saya dari orangtua hanya ilmu," kata Taisin Kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Selakau Timur, Sambas, Kalbar.

Kehidupan masa kecil pria yang suka memberikan Bantuan Operasional Penyuluh (BOP) yang diterimanya untuk kegiatan petani dan kelompok tani ini cukup menyedihkan. Taisin kecil harus berjam-jam menyusuri sungai menaiki sampan dengan ditemani ayahnya untuk sekolah di kota.  Sewaktu duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dia tinggal di panti asuhan. "Saya menjadi pembantu sebuah keluarga, ketika duduk di Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Pontianak," tambahnya kepada Sinar Tani.

Sambil mengendarai mobil keluarganya yang nyaman, Taisin menceriterakan suka dukanya menjadi penyuluh pertanian. "Penyuluh tidak boleh miskin. Penyuluh harus bisa meyakinkan di hadapan petani. Dengan begitu suara dan teknologi yang kita sampaikan didengar dan ditiru para petani," tambahnya.

"Kalau penyuluh miskin, penyuluh mau ngomong bagaimana, petaninya kaya," kata Taisin lagi. Taisin bersyukur bisa sedikit bergaya di depan petani binaannya karena memiliki  mobil. Bergaya untuk memberi contoh yang baik. Namun demikian, dia mengatakan bagi penyuluh yang belum memiliki kecukupan ekonomi juga bisa meyakinkan petani binaannya. "Kerja benar dan kawal teknologi kalau tidak punya kecukupan ekonomi."

"Bapak-bapak nanam padi untuk apa? Mereka jawab untuk makan," kisah Taisin dengan nada sedih di hadapan para petani. Lalu dengan kecintaannya untuk memajukan ekonomi petani, dia memotivasi mereka. Seharusnya kita menanam padi adalah untuk usaha, agar kita dapat keuntungan. Untungnya bisa untuk beli mobil, biaya untuk berangkat haji dan lain-lain.

Taisin pun tak enggan untuk mengajak para petani menganalisis pengeluaran harian para petani.  Berapa pengeluaran mereka sehari. Kita hitung.

Dia rela membuatkan   buku kelompok petani dengan uang BOP diperolehnya dari Jakarta.  Ada 6 buku. Tapi hanya diisi selama dua bulan. "Mungkin karena pendidikannya," jelas Taisin.

Dalam satu desa, terdapat   16 kelompok tani yang harus dibina para penyuluh. Mereka punya program latihan dan kunjungan (Laku) ke setiap Poktan. Selain itu, Taisin memberikan nomor hand phonenya kepada para petani, terbuka 24 jam dan pulsa teleponnya akan diganti.  "Kalau ada masalah yang tak dipecahkan saya dipanggil," ungkapnya.

Dana BOP  saya cukup-cukupkan.  BOP kita gunakan untuk membantu petani. Untuk biaya hidup sehari-hari, saya punya   banyak kawan. Kadang ada yang minta memasok batu untuk bangunan. Saya cukup pakai HP menghubungkan yang punya batu. Saya dikasih uang dari mereka. Kita memang harus punya jaringan. "Yang penting kerja jujur. Nggak ganggu tugas, saya pakai HP. HP saya non stop," tambahnya.

Tahun ini BP3K Selakau Timur, Kabupaten Sambas, mendapat bantuan demfarm teknologi budidaya padi spesifik lokasi Hazton seluas 4,5 ha atau tiga unit.   Teknologi ini bisa meningkatkan produksi padi menjadi 8-12 ton per ha. Teknologi ini menggunakan bibit padi minimal berumur 20 hari. Per lubang tanam diisi bibit antara 20-30 tanaman. Dengan teknologi ini maka tanaman tak lagi perlu beranak, tinggal konsentrasi untuk berbuah dan mengisi buahnya, sehingga produktivitas tanamannya bisa jauh lebih tinggi.

Lahan yang dipilih untuk demfarm budidaya Hazton adalah yang memiliki sumber air. Petani punya kemauan dan swadaya untuk pengairan tersebut. Hamparan lahan untuk demfarm memiliki luas 75 ha, agar bisa jadi   informasi lahan sekitar. Kerjasama kelompok bagus, respon dan patuh pada penyuluhan, mampu kerjasama dengan para penyuluh.

Karena program Hazton ini dananya datang terlambat, saya belanja dulu, sediakan sarana produksi, urea, NPK, SP36, KCl, bibit label ungu. " Saya pakai dana pribadi, kalau sudah ada kepastian bahwa program ini jalan," tambahnya.

Lahan sawah di Selakau Timur adalah sawah tadah hujan seluas   2.835 ha, ditanam dua kali setahun.

Bila sudah waktunya tanam,  Taisin rela merogoh kantongnya sendiri agar petani mau segera nanam. Saya bantu solar satu juta rupiah asal lahannya diolah. "Juga beli benih unggul Inpari 30 sebanyak 2 kg. Agar petani lainnya meniru segera tanam."

Penyuluh Terampil

Taisin menjadi PPL tahun 1985, ikut penyetaraan D3 di Balai Latihan Pegawai Pertanian Anjungan yang merupakan program pusat.

Dia kini menjadi Penyuluh Terampil. Pernah  ikut kuliah di Universitas Terbuka. Berhenti kuliah karena sulit mengikuti jadwal dan program kuliahnya. Kini Taisin memiliki golongan IIId.

Program saya adalah bagimana bisa meningkatkan produksi padi di Selakau Timur. Bila produksi naik, kita punya peluang untuk mendirikan penggilingan padi.

Rata-rata kepemilikan lahan petani di sini sekitar 0,75 ha. Seharusnya, setiap petani memiliki lahan sawah paling tidak 2 ha. Lahan seluas itu, para petani   mampu kerjakan sendiri. 

Manajemen HP dan Demfarm bagi Penyuluh

Untuk memiliki kebun yang luas dan usaha lainnya Taisin ambil kredit dari bank, belinya sedikit-sedikit. Bank Kalbar, misalnya saya pinjam Rp 75 juta. Untuk pinjam sebanyak itu, gaji saya tidak cukup, gimana caranya? Tanya Taisin kepada pihak bank. Akhirnya pihak bank  tinggalkan gaji saya Rp 300 ribu. Mau beli penggilingan padi Rp 73 juta. Taisin ambil kredit juga. Upah   operatornya diambil dari jasa penggilingan padi. "Saya makan dari dedak, sebulan kadang dapat Rp 2 juta. Kalau sambil usaha jual beli beras lebih banyak  lagi untungnya. Jadi saya pinjam untuk usaha bukan untuk konsumtif," tambahnya.

Gaji Taisin Rp 3,9 juta per bulan dengan golongan IIId. Gaji itu cukup untuk biaya sebulan, malah bisa nabung, karena sudah ada pendapatan dari usaha.

Taisin mengusulkan agar para   penyuluh dikasih uang kerja bimbingan untuk melaksanakan demplot 0,1 ha.  Karena masyarakat tani inginnya penyuluhan itu ada buktinya langsung, salah satunya dengan demfarm.

Memang sudah ada petak percontohan pada program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP PTT) padi dalam program Upsus Pajale. Namun penyuluh tidak bisa selalu menjadi pembimbing mereka, tergantung kerjasama dari petani.

Karena itu, lanjut Taisin harus ada petak pembanding. "Nggak mungkin kita menggantungkan program penyuluhan penuh di GP PTT. Itukan program, tidak rutin, tidak ada tiap tahun," jelasnya. Som

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018