Menteri Pertanian Suswono membuka kursus pelatihan dan lokakarya kepemimpinan bagi Pemuda Pangan dan Gizi internasional di Bogor Jawa Barat.
“Peran pemuda dalam perbaikan konsumsi dan produksi pangan sangat besar,” tambahnya kepada Sinar Tani usai membuka kursus yang diselenggarakan kerjasama Pergizian Pangan Indonesia dengan organisasi internasional Internasional Union of Sciences (IUNS) dan Federation of Asian Nutrition Societies (FANS).
Ketua Pergizian Pangan Indonesia, Prof Hardinsyah, MSc, mengatakan pelatihan dan lokakarya kepemimpinan ini adalah yang pertama kali diselenggarakan dan Indonesia menjadi tuan rumahnya. Terdapat 120 peserta dari 15 negara seperti Uganda, Malaysia, Singapura, Filiphina, dan negara berkembang lainnya yang ikut kursus ini.
Tujuan dari acara ini, lanjut Hardinsyah adalah melahir kepemimpinan dari kalangan pemuda yang kredible memiliki inovasi dan kreatifitas dalam mengembangkan program pangan, gizi dan kesehatan. “Kesadaran akan pentingnya pangan, gizi dan kesehatan harus ditumbuhkan dalam diri pemuda agar kedepan menjadi pemimpin yang memiliki pemikiran serta perhatian yang lebih dalam sektor tersebut,” tambahnya.
Menurut Prof Hardinsyah kegiatan ini diselenggarakan karena melihat dari program pangan dan gizi di negara berkembang yang cukup lamban pergerakannya. “Kelambanan tersebut terjadi karena lemahnya kepemimpinan. Karena apabila pemimpin kondisinya baik maka program-program yang dihasilkan juga akan baik,” jelasnya.
Selama ini pemuda yang lahir tidak disiapkan baik pangan, gizi dan kesehatannya, tetapi lahir secara natural. Jika ini terus dibiarkan maka akan melahirkan raksasa pangan, atau masyarakat yang konsumtif.
"Program pembangunan akan berjalan baik jika pemuda calon pemimpin ini punya kreatiftas dan inovasi. Berfikir inovasi adalah ciri dari perbaikan giai, pangan di masyarakat," kata Prof Hardinsyah.
Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor menambahkan manajemen pangan di Indonesia tidak hanya persoalan teknis produksi, olahan dan distribusinya, melainkan bagaimana kemampuan pemimpin dalam mempengaruhi, melobi, menegoisasi dalam mengembangkan pembangunan pangan.
Bahkan menurut Arif Satria masalah teknis pangan sudah selesai. Sekarang adalah bagaimana kita bisa mengajak masyarakat, swasta, LSM dan semua komponen yang terlibat dalam membangun pangan bangsa. “Kita sudah punya teknologi beras dari singkong. Diversifikasi pangan seperti ini perlu teladan atau contoh dari pemerintah dan kampanye yang luar biasa,” tambahnya. Som
Editor : Ahmad Soim