Sabtu, 19 April 2025


Teh Nasional di Ujung Tanduk

02 Mei 2014, 15:09 WIBEditor : Clara Agustin

Nasib teh nasional kini berada di ujung tanduk. Produksi komoditi tanaman penyegar ini kian menurun. Bahkan, sejak enam tahun terakhir, ekspornya terjun bebas. Akhirnya, kebutuhan dalam negeri dipasok dari luar negeri alias impor.

Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Gamal Nasir saat pertemuan Pengembangan Teh Tahun 2014 bertema "Kebangkitan Teh Rakyat Menjadi Titik Tolak Kekuatan Agribisnis Teh Nasional" di Bandung mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan penurunan produksi teh nasional.

Misalnya, pengelolaannya belum memenuhi standar teknis. Sebagian besar tanaman sudah berusia uzur, sehingga produksinya rendah. Laju konversi lahan perkebunan teh juga makin sulit ditahan. Tiap tahun diperkirakan perkebunan teh yang beralih fungsi mencapai 3 ribu ha.

Data Ditjen Perkebunan, pada tahun 2013 perkebunan teh mencapai 122.206 ha dengan produksi 145.575 ton. Daerah sentra teh nasional adalah Jawa Barat dengan luar areal 95.496 ha (77,62%) dari luas teh nasional. Dari luas total diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat seluas 56.258 ha (46,03%), perkebunan negara 38.103 ha (31,18%), dan perkebunan swasta 27.845 ha (22,79%).

Ekspor teh di Indonesia tahun 2013 mencapai 70,8 ribu ton, dengan nilai 157,5 juta dolar AS. Sedangkan impornya sebesar 20,5 ribu ton dengan nilai impor 29,3 juta dolar AS.

Gandeng Pemda

Untuk meningkatkan produksi dan menjaga keberlanjutan teh nasional, Kementerian Pertanian menggandeng Pemda Jawa Barat dan Dewan Teh Nasional. Bentuk kerjasama ini dengan cara melakukan perbaikan tanaman seluas 3.200 ha. Terdiri dari intensifikasi 1.700 ha dan rehabilitasi 1.500 ha.

Pada tahun 2014 anggaran kegiatan ini sekitar Rp 50 miliar. Tahun 2015, rencananya akan ditambahkan menjadi Rp 100 miliar. “Kegiatan untuk mengembalikan kejayaan teh nasional, tidak hanya pemerintah saja yang berperan, tapi perlu dukungan pihak lainnya,” katanya seraya mencontohkan, dukungan dalam permodalan, teknologi, peningkatan mutu, pasar dan pengembangan kemandirian melalui kelembagaan yang kuat.

Gamal berharap, pengembangan teh ini mampu mengkoordinir kebutuhan dan prefensi pasar yang mengarah kepada konsumsi teh untuk kesehatan. Produk yang dipromosikan adalah teh hijau dan teh putih.

Sedangkan untuk meningkatkan daya saing produk teh nasional, pemerintah akan mengkoordinir dalam bentuk dukungan penerapan Good Agriculture Practice (GAP) teh. Untuk itu, pemerintah mendorong penerapan sertifikasi perkebunan teh rakyat yang mengacu pada prinsip kelestarian dan penyebaran teknologi, serta penyebaran teknologi dari lembaga penelitian terkait peningkatan mutu hasil perkebunan teh. Cla

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

Editor : Julianto

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018