Jumat, 13 Juni 2025


Melirik Turki sebagai Mitra Dagang CPO

30 Jun 2014, 14:25 WIBEditor : Julianto

Negara Turki bisa menjadi mitra dagang utama minyak sawit (crude palm oil) Indonesia. Karena itu Menteri Pertanian, Suswono meminta, kalangan pengusaha dalam negeri meningkatkan mitra dengan pelaku usaha di negara tersebut.

Catatan Kementerian Pertanian, perdagangan komoditas pertanian Indonesia dan Turki tahun 2013 surplus 387,7 juta dolar AS. Ekspor produk pertanian Indonesia ke negara tersebut tahun lalu mencapai 476,3 juta dolar AS. Sedangkan, impornya mencapai 88,6 juta dolar AS. Dari total ekspor produk pertanian Indonesia tersebut kelapa sawit menyumbang 50% atau 238,15 juta dolar AS dengan volume 450 ribu ton.

“Saya optimistis ekspor minyak sawit ke Turki dapat ditingkatkan. Bahkan bisa disejajarkan dengan negara-negara seperti India, China dan Belanda yang merupakan mitra dagang utama Indonesia untuk minyak sawit,” kata Suswono saat pertemuan Palm Oil Bussiness to Business antara pengusaha Indonesia dengan pengusaha Turki, beberapa waktu lalu, di Istanbul, Turki.

Mengingat besarnya peluang ekspor minyak sawit ke Turki, pemerintah Indonesia terus mendorong pengusaha minyak sawit Indonesia memperkuat basis kemitraannya dengan Turki.

Sementara itu, saat kuliah umum kepada mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Selcuk, di Konya, Turki, Suswono juga menegaskan, Turki merupakan mitra penting Indonesia dalam perdagangan internasional. Posisi Turki yang strategis dapat menjadi hubungan untuk produk-produk Indonesia, termasuk produk pertanian ke pasar Eropa dan Afrika.

Indonesia dan Turki kata Suswono, dapat bersinergi memanfaatkan peluang pasar di masing-masing negara. Turki yang beriklim subtropis tentunya membutuhkan produk-produk pertanian yang hanya dapat tumbuh di iklim tropis. Sebaliknya, Indonesia memerlukan produk pertanian yang hanya bisa dihasilkan di negara subtropis, seperti Turki. “Masing-masing memiliki produk unggulan yang dibutuhkan dan dapat diperdagangkan antar kedua negara,” katanya.

Tuduhan Miring

Pada kesempatan itu, Suswono juga mengklarifikasi tuduhan miring terhadap produk minyak sawit, terutama dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan. Saat ini sejumlah negara tujuan ekspor di pasar Eropa melancarkan kampanye negatif terhadap produk minyak kelapa sawit.

Sebagai negara yang memposisikan pertanian sebagai andalan perekonomian, Suswono menegaskan, Indonesia sangat berkomitmen terhadap pelestarian sumberdaya alam. Termasuk prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang harus diaplikasikan industri kelapa sawit dari hulu hingga hilir. “Minyak kelapa sawit terbukti lebih unggul dari minyak nabati lainnya dalam hal ekonomi, sosial dan lingkungan,” ujarnya.

Sejak tahun 1990 pemerintah Indonesia memiliki perangkat regulasi yang lengkap dan kuat untuk mengatur industri kelapa sawit. Tahun 2011 regulasi yang ada diperkuat lagi dengan keharusan memiliki ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) sebagai mandatori bagi industri kelapa sawit.

“Tahun 2014 ini semua industri kelapa sawit harus sudah memiliki ISPO. Karena ini merupakan mandatori yang harus dilaksanakan semua industri kelapa sawit tanpa terkecuali,” katanya.

Menurut Suswono, upaya Indonesia terkait pembangunan industri kelapa sawit yang berkelanjutan sudah diakui dan mendapat dukungan dari Parlemen Eropa. Dalam pertemuan baru-baru ini di Brussel, Parlemen Eropa dapat menyatakan, pembangunan industri kelapa sawit Indonesia sudah menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan (sustainable). Yul

Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066

Editor : Julianto

BERITA TERKAIT
Edisi Terakhir Sinar Tani
Copyright @ Tabloid Sinar Tani 2018