Buah markisa yang dibudidayakan di dataran rendah ternyata potensial juga dijadikan komoditi ekspor. Produk horti ini semakin banyak saja dihasilkan di dalam negeri.
Salah satu daerah pengembangan tanaman markisa dataran rendah adalah Sulawesi Selatan. Pemerintah Daerah Sulsel menargetkan produksi buah markisa tahun 2014 sekitar 13.411 ton dengan sasaran pasar domestik dan luar negeri, sedangkan sepanjang tahun 2013 lalu produksi markisa Sulsel mencapai 12.772 ton.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dan Hortikultura Prov. Sulsel, H. Luthfi Halide, mengatakan, markisa dataran rendah merupakan salah satu komoditi andalan Sulsel. Komoditi tersebut memiliki banyak peminat di luar negeri, karena itu pihaknya mencoba untuk menangkap peluang tersebut.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulsel, Fitriani mengatakan, “Dengan teknologi yang diterapkan, sejauh ini Sulsel sudah mampu menghasilkan markisa di dataran rendah, padahal dulu markisa hanya bisa diproduksi di daerah yang tinggi,” jelasnya.
Karenanya, menurut Fitriani, sekarang permintaan ekspor buah markisa bisa terpenuhi. Markisa dataran rendah ini sekarang sedang diujicoba. Sentranya untuk sementara ada di daerah Jeneponto dan Bantaeng. Untuk mendukung pengembangan produksi markisa, Dinas Pertanian pun berencana membagikan sekitar 150 ribu bibit markisa kepada petani di tahun 2015 mendatang. “Dengan terus meningkatnya produksi kami optimis nantinya Sulsel akan menjadi sentra buah markisa di Indonesia, bahkan Dunia,” katanya.
Memasarkan ke Singapura
Direktur PT. Alamanda Singapura, Komar Wijawibawa mengatakan, pihaknya akan mencoba memasarkan markisa dataran rendah ke Singapura mengingat, permintaan buah markisa di negara tersebut cukup tinggi. Buah eksotis ini hanya ada di Indonesia, Malaysia dan Amerika Selatan. Komar berharap program ini bisa terus berlanjut, apalagi kini pihaknya telah menjalin kerjasama dengan PT. H. Kalla.
Komar mengungkapkan, nilai ekspor 500 kilogram markisa dataran rendah bisa mencapai 1.000 dolar Singapura. Ia menargetkan, untuk ekspor selanjutnya bisa mengirim 1 ton markisa per minggu.
Ir. Syamril mewakili PT. Kalla Group, menambahkan, selaku eksportir, pihaknya melihat ada peluang besar untuk mengekspor markisa dataran rendah. Untuk memperlancar upaya ekspor manggis ini pihaknya bekerjasama dengan PT. Alamanda Singapura dan tengah menjajaki ekspor komoditi pertanian lainnya.
Direktur Pemasaran Internasional Ditjen PPHP Kementan, Mesah Tarigan mengatakan, buah markisa yang diekspor harus memiliki tingkat kematangan 70-80 persen. Selama ini ekspor buah markisa sering terkendala dalam pengiriman. “Kendalanya itu ya kalau dikirim lewat kapal bisa menyebabkan markisa terlalu matang dan kalau dengan pesawat harganya menjadi mahal,” ujarnya kepada Sinar Tani.
Pasar Singapura biasanya meminta pengiriman buah markisa 3 ton per minggu. Namun sejauh ini petani markisa di Sulsel belum mampu memenuhi permintaan tersebut. “Kita berharap dengan adanya peluang ekspor ini petani bisa menanam dengan baik dan serentak, terutama di daerah sentra buah markisa di Sulsel yaitu Kabupaten Jeneponto, Bantaeng dan Enrekang,” ujarnya. Echa
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
Editor : Julianto