Produk-produk Indonesia cukup dikenal oleh masyarakat Brunei. Survei produk yang dilakukan oleh KBRI Bandar Seri Begawan pada akhir tahun 2013 menunjukkan adanya peningkatan jenis produk Indonesia yang dipasarkan di Brunei. Pada tahun 2010 terdapat 1.261 jenis produk Indonesia, meningkat menjadi 3.836 pada tahun 2013. Di antaranya adalah produk jamu Indonesia.
Brunei Darussalam adalah salah satu negara produsen minyak bumi dan gas di Asia Tenggara. Jumlah penduduk Brunei Darussalam sekitar 422.700 jiwa per tahun 2011. Lokasi geografis Brunei yang dekat dengan Indonesia dapat dimanfaatkan oleh petani dan pengusaha Indonesia untuk meningkatkan kerjasama perdagangan kedua negara.
Perekonomian Brunei tergolong stabil. The World Economic Forum (WEF) menempatkan Brunei pada peringkat ke-26 dari 148 negara yang memiliki daya saing ekonomi. Sementara itu, Indonesia menempati peringkat ke-38.
Komoditi ekspor utama Brunei Darussalam adalah minyak mentah, produk-produk perminyakan dan gas alam cair dengan negara tujuan ekspor utama: Jepang, Indonesia, Korea Selatan, Singapura, Malaysia dan Australia.
Untuk mengurangi ketergantungan pendapatan negara dari minyak dan gas, sejak tahun 1990-an Pemerintah Brunei Darussalam melaksanakan program diversifikasi ekonomi melalui pengembangan sektor industri, perdagangan, jasa dan pariwisata. Kebijakan tersebut antara lain berupa proyek pembangunan Sungai Liang Industrial Park, Pulau Muara Besar Transhipment Hub, pengembangan eco-tourism, pengembangan pusat keuangan Islam, Brunei Halal Brand, pengembangan iklim investasi yang konduktif serta pengembangan SDM.
Sesuai dengan visi pembangunan (Wawasan Brunei 2035), Brunei sudah membuat roadmap untuk mengurangi ketergantungan penerimaan negara dari sektor migas. Melalui program diversifikasi ekonomi itu, pada tahun 2035 ekonomi Brunei akan bertransformasi dari negara yang menggantungkan pada ekspor hasil migas (resource-related wealth) menuju negara dengan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan (knowledge-based economy).
Brunei juga sedang berupaya untuk menjadi pusat perdagangan dan jasa keuangan di kawasan Asean. Visi ekonomi jangka panjang Brunei mencakup juga upaya untuk mempromosikan industri-industri alternatif, seperti teknologi, makanan halal dan manufaktur, selain peningkatan dukungan untuk riset teknologi inovatif di bidang energi yang terbarukan.
Berdasarkan data statistik ekonomi Brunei dipaparkan pada kuartal terakhir tahun 2012 penerimaan hasil ekspor migas turun 4,1%, sementara sektor nonmigas meningkat 8,5%. Naiknya penerimaan sektor nonmigas tersebut disumbangkan oleh penerimaan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 4,8%, diikuti oleh sektor konstruksi dan manufaktur masing-masing sebesar 2,1% dan 2%.
Peningkatan kontribusi sektor nonmigas mengindikasikan upaya percepatan diversifikasi ekonomi Brunei mulai menuju hasilnya. Upaya diversifikasi ekonomi tersebut tidak lepas dari peran Brunei untuk menjadi pendorong terlaksananya kerjasama di kawasan sebagai ketua ASEAN tahun 2013 dan negara anggota Transpacific Partnership (TPP).
Brunei Darussalam memiliki cadangan devisa yang cukup besar dan tidak memiliki hutang luar negeri. Brunei umumnya menanam investasi pada sektor properti, portfolio investment, venture capital dan high technology serta sektor-sektor lain seperti peternakan, pertanian, perkebunan dan infrastruktur.
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066
Editor : Julianto